"AI tidak memiliki akal budi, perasaan dan itu ada pada manusia, termasuk wartawan. Karena itu, karya jurnalistik terbaik, tidak bisa oleh AI," katanya.
Bagi dia, AI tidak lebih dari alat untuk membantu memberi kemudahan bagi manusia.
Begitu juga bagi wartawan, dapat menjadi acuan, data awal atau bisa juga melengkapi berita.
"Apapun yang dari Chat GPT harus kita tetap harus verifikasi validasi. Ai tidak bisa kita abaikan tapi kita harus bijaksana menghadapinya," kata Balamba lagi.
Sedangkan Dekan Liando mengungkapkan, diskusi ini sebagai upaya membangun pers yang berkualitas.
"Ini juga bentuk sosialisasi kepada publik dan pers kampus. Ada proses edukasi dan penularan informasi positif kepada mahasiswa," ujarnya.
Ia berharap AJI terus berada di garda terdepan untuk mengawal demokrasi.
Ia bilang, peran media sangat krusial.
Media harus menjalankan fungsi peran kontrol sosial sehingga keseimbangan tetap berjalan demi mewujudkan demokrasi.
"Sebagus apapun kebijakan kalau tidak dikontrol, akan jadi tirani. Media menjadi pembawa suara rakyat," kata Liando.
Apalagi, kondisi bernegara saat ini, tak dapat dipungkiri peran lembaga-lembaga yang seharusnya menjadi penyeimbang kekuasaan tidak berfungsi normal karena dilemahkan oleh sistem. "Di sinilah pers harus tetap berperan," katanya.
Diskusi ini, kata Sekretaris AJI Manado, Isa Jusuf, dalam rangka Hari Kebebasan Pers Internasional yang jatuh pada 3 Mei.
Keberadaan AI, tidak dapat dipungkiri memberi ruang bagi misinformasi dan disunformasi di media sosial, media semakin besar.
"Isu AI, kebebasan pers kita angkat, apalagi akhir-akhir ini tengah ramai berita perusahaan media nasional melakukan perampingan jurnalis dan pekerja terkait," ujar Isa. (ndo)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Bergabung dengan WA Tribun Manado di sini >>>
Simak Berita di Google News Tribun Manado di sini >>>
Baca Berita Update TribunManado.co.id di sini >>>