Tidak ditulis apa saja yang Yesus tanyakan, atau pun kata-kata apa yang diucapkan ibu itu, tetapi yang jelas kehadiran itu sangat menghibur hati.
Masih ingatkah perempuan yang menjamah jubah Yesus itu? Dia sangat diberkati, meskipun hanya menjamah jumbai jubah-Nya, karena sesungguhnya Yesus sendiri pun menjamah jiwanya.
Tentu saja iman percayanya bukan pada ‘jumbai’ itu, tetapi pada Pribadi Yesus itu sendiri (Mat.9:19-22).
Sebagai orang percaya, kehadiran kita juga seyogianya menjadi kehadiran yang menyentuh hati banyak orang bukan?
Seperti Petrus sendiri akhirnya menjadi seorang penjala manusia yang membawa kehangatan, bagi banyak jiwa yang hatinya sudah dingin membeku oleh dosa, dan juga membawa kebangkitan bagi jiwa mereka yang lumpuh (Luk. 5:10; Kis. 3:6-9).
Seperti kata Paulus, setiap murid Tuhan ibarat parfum yang berbau harum, di mana pun ia berada (2 Kor. 2:15).
Sebagai pemimpin seharusnya kita membawa kehangatan bagi mereka yang kita pimpin. Sebagai orang percaya seharusnya kita memberi semangat bagi mereka yang putus asa.
Sebagai pembimbing rohani, kita diharapkan menuntun mereka yang mulai salah jalan.
Tetapi sekarang kenyataannya bagaimana?]
Terkait tuntutan ini, kita terus diingatkan untuk memaksimalkan keberadaan kita yang signifikan, bagi setiap orang di sekitar kita.
Di mana orang yang mengasihi dunia itu hadir, di sana selalu ada bencana. Sebaliknya, di mana pun orang yang mengasihi Tuhan itu berada, di sana selalu ada berkat.