Ia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya, Dan Cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.
Yahya bin Salām pernah berkata, “Hati seorang mukmin dapat mengetahui mana yang benar sebelum diterangkan kepadanya, karena hatinya itu selalu sesuai dengan kebenaran.”
Inilah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah saw. اِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَاِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ. (رواه البخاري فى التاريخ الكبير عن ابى سعيد الخدري) Berhati-hatilah terhadap firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan Nur Allah.
(Riwayat al-Bukhārī dalam kitab at-Tārikh al-Kabīr dari Abu Sa’id al-Khudri) Tentu saja yang dimaksud dengan orang mukmin di sini ialah orang-orang yang benar beriman dan bertakwa kepada Allah dengan sepenuhnya.
Ibnu ‘Abbas berkata tentang ayat ini, “Inilah contoh bagi Nur Allah dan petunjuk-Nya yang berada dalam hati orang mukmin.
Jika minyak lampu dapat bercahaya sendiri sebelum disentuh api, dan bila disentuh oleh api bertambah cemerlang cahayanya, maka seperti itu pula hati orang mukmin, dia selalu mendapat petunjuk dalam tindakannya sebelum dia diberi ilmu.
Apabila dia diberi ilmu, akan bertambahlah keyakinannya, dan bertambah pula cahaya dalam hatinya.
Demikianlah Allah memberikan perumpamaan kepada manusia tentang Nur-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”