"Berdasarkan pengalaman selama ini, kesimpulan saya bahwa saya merasa tidak cocok di dunia politik praktis," kata dia kepada Tribun Manado via ponsel Selasa (20/4/2021) lalu.
Namun Benny bertekad akan memberikan dirinya bagi Sulut. Baginya ladang pengabdian bukan hanya di politik.
"Saya memilih ikut peduli membantu masyarakat dan membangun daerah tidak melalui jalur politik. Saya bersyukur Tuhan memberi posisi sesuai kompetensi dan keahlian saya di Kompolnas. Saya bisa berbuat banyak untuk masyarakat, bangsa dan negara di tingkat nasional," ujar Benny.
Pada satu kesempatan juga, Jenderal Benny sempat menyuarakan harapannya dalam perhelatan Pilgub.
Kala itu dalam gelaran Pilgub Sulut 2015, Jenderal Benny menjelaskan pandangan sendiri terkait pemilihan kepala daerah yang dilakukan secara demokrasi.
"Istilah saya jangan menjual 'hak kesulungan' kita dengan harga yang murah," kata Jenderal Benny usai debat terakhir calon gubernur pada 2015 lalu.
Dikatakan eks personel Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri ini, politik uang tidak sejalan dan bertentangan revolusi mental yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi.
"Kami sebatas bisa berdiskusi menjelaskan kepada masyarakat. Contohnya anda dibeli suaranya Rp 200 ribu setelah itu anda tidak bisa menuntut, kalau saya tidak pakai uang silahkan tuntut saya, kita terbuka. Bayangkan dengan Rp 200 ribu harga diri kita dimana, masa dihargai segitu," jelasnya.
Sosok Denny Djoike Tuejeh
Letjen TNI Denny Djoike Tuejeh lahir tanggal 5 Desember 1965 di Desa Tataran Kabupaten Minahasa.
Dia adalah seorang Purnawirawan TNI-AD yang terakhir menjabat Inspektur Jenderal TNI Angkatan Darat.
Denny, lulusan Akmil 1988 ini dari kecabangan Artileri Medan.
Pendidikan Militer:
- Akmil (1988)
- Sesarcab Artileri
- Dik PARA