TRIBUNMANADO.CO.ID - PDI Perjuangan menjadi salah satu partai yang masih berjaya pada Pemilu 2024.
Baik di tingkat nasional maupun daerah, PDIP mampu meraup suara lebih tinggi dibanding partai lain.
Di Sulut pun PDIP masih meraih suara tertinggi.
Berdasarkan hasil real count KPU, PDIP memimpin 245.221 suara untuk DPRD Sulut.
Khusus di Dapil Manado, PDIP berhasil meraih 16.021 suara.
Menurut Pengamat Politik Sulut, Ferry Liando, ada sejumlah alasan PDIP masih berjaya pada Pemilu 2024.
"PDIP merupakan parpol yang paling siap dari sisi kelembagaan. Penataaan organisasinya terstruktur dan berjenjang dari provinsi hingga desa, serta jarang ditempa konflik internal," terangnya ketika dihubungi, Rabu (21/2/2024).
Selain itu, calon anggota legislatif yang diusung PDIP baik di DPR RI maupun DPRD Sulut memiliki nama besar dan populer.
Sebagian dari mereka adalah tokoh masyarakat yang mendedikasikan hidupnya untuk aktivitas sosial.
Sedangkan sebagian lagi adalah mantan kepala daerah, perwakilan yang merepresentasikan berbagai etnis dan agama, serta berhasil merangkul caleg gen z dan milenial.
Perlu dicatat, hampir semua kepala daerah di Sulut juga merupakan kader PDIP.
"Kepala daerah memiliki banyak pengaruh akibat kewenangan yang melekat. Dan kepala daerah yang berhasil merumuskan kebijakan publik yang disenangi tentu akan mempengaruhi sikap pemilih," tambah Ferry.
Kemudian, anggota PDIP merupakan kader-kader militan yang sulit berpindah ke parpol lain.
Berbanding terbalik, perolehan suara NasDem untuk DPRD Sulut Dapil Manado justru hanya mendapat 3.125 suara.
Menurut Ferry, NasDem pada Pemilu 2024 memiliki nasib serupa dengan Gerindra pada Pemilu 2019.
Calon presiden tentu juga memiliki peranan besar dalam perolehan suara di legsilatif.
Pada Pemilu 2019, capres yang diusung Gerindra, yaitu Prabowo Subianto, masih diasosiasikan dengan lingkaran yang dicap sebagai kelompok radikal.
Hal itu yang membuat pemilih di Sulut meninggalkan atau tidak memilih Prabowo maupun parpol pengusungnya.
Pada Pemilu 2024, hal yang sama terjadi pada NasDem yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
"Memori atau ingatan pemilih sulut belum terhapus soal dinamika Pilkada DKI Jakarta pada 2017. Bagi sebagian pemilih di Sulut, Pak Anies itu didukung oleh kelompok yang sering disebut publik sebagai kelompok radikal," tutur Ferry.
NasDem sebagai pengusung Anies pun menerima dampaknya.
Di sisi lain, turunnya jumlah suara yang diperoleh juga disebabkan berkurangnya kader NasDem yang menjabat sebagai kepala daerah kabupaten/kota di Sulut.
"Pada Pemilu 2019, NasDem dibackup oleh 5 bupati/wali kota," tutup lelaki yang berprofesi sebagai Dosen Kepemiluan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado ini.(*)
Baca juga: Perolehan Suara Sementara Caleg DPRD Manado Singkil Mapanget Partai Golkar, Febby Memimpin, Opo ke-3
Baca juga: 12 Caleg DPR RI Dapil Sulut yang Raih Suara Terbanyak Sementara, HBL di Atas Angin, Jerry Kejar CEP