TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Desa Tumbak bukanlah nama besar di Sulawesi Utara.
Tumbak hanya sebuah desa di Kecamatan Pusomaen, Kabupaten Minahasa Tenggara, yang harus ditempuh dengan perjalanan darat selama 3 jam dari kota Manado.
Jarak dan waktu tempuh ditambah lagi akses jalan yang masih dalam perbaikan menjadi salah satu faktor penghalang untuk mengenalinya.
Baca juga: Wisata Manado - Nikmati Keindahan Pulau Tumbak, Tawarkan Paket Wisata Bahari yang Lengkap
Namun, belakangan, kendala itu seakan tidak lagi menjadi soal.
Sebab, nyaris tiap minggu, wisatawan dari dalam dan luar Sulut mendatanginya.
Lewat publikasi di media massa, jejaring sosial atau penuturan dari mulut ke mulut, informasi mengenai potensi wisata di desa ini tersebar, dan berhasil menarik minat pengunjung dari Bunaken, destinasi wisata utama di Sulut.
Wisatawan memang tidak akan menyesal mendatangi desa dengan berbagai keindahan alam, seperti kesegaran hutan mangrove seluas 200 hektar.
Ditambah tujuh pulau kecil tak berpenghuni disekitar Desa Tumbak, yaitu pulau Ponteng, Baling-baling, Pakolor, Bangkoan, Kukusan, Belakang Kuda serta pulau Putih.
Dari kejauhan, pulau-pulau tadi terlihat seperti potongan kue lapis yang didominasi warna hijau. Jaraknya tidak jauh, sekira 15-30 menit naik perahu.
Menurut Leonardo, salah seorang pemandu wisata di Desa Tumbak, warga setempat menamakan pulau berdasarkan bentuknya.
“Misalnya, pulau Belakang Kuda karena bentuknya mirip punuk kuda. Sementara, pulau Putih karena pulaunya memiliki batu berwarna putih,” kata dia.
Sejak 2010, Leon bersama Yoan Parizot, seorang keturunan Perancis yang menikah dengan seorang warga dan menetap di Desa Tumbak dan mendirikan tour organizer untuk kunjungan ke situs-situs wisata di sekitar desa Tumbak.
Berawal dari pendirian cottage keluarga Yoan di antara desa Tumbak dan pulau Bentenan.
Mereka melihat Desa Tumbak bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata dan cottage itu menjadi fasilitas menginap bagi pengunjung.
Mereka sepakat menamai komunitas pemandu wisata “Pulau Tumbak Wisata”, dengan tujuan mengenalkan desa Tumbak dengan pulau-pulau yang menjadi target wisata.
Paket wisata pulau-pulau itupun dibuat termasuk jasa penginapannya.
Awalnya, open trip hanya untuk 10 orang saja. Kemudian di buat regular, ternyata banyak yang minat.
Salah satu faktornya, underwater di Tumbak dirasa lebih bagus karangnya dibanding tempat lain.
Akhirnya, dibuka one day trip, berangkat dari Manado pagi lalu pulang sore.
"Sekarang, sekali trip kalau dirata-rata bisa 40 sampai 50 pengunjung,” terang Leon.
Terdapat 3 pulau yang menjadi destinasi unggulan di desa Tumbak, yaitu pulau Bentenan, Baling-Baling dan Ponteng.
Di pulau Bentenan wisatawan disuguhkan dengan pemandangan hutan mangrove, termasuk padang savana yang menarik untuk berfoto selfie.
Berfoto di padang savana memberikan kesan berbeda.
Hamparan rumput hijau serta hembusan angin yang membelai rambut, membuat suasana pulau Bentenan terasa sejuk.
Beranjak ke pulau Baling-baling, wisatawan kembali dipersilahkan melangsungkan hajatan potret-memotret.
Lokasinya tak lagi di padang Savana. Pengunjung harus mendaki bukit di pulau ini.
Tiba di atas puncak, terdapat lokasi foto ciamik dengan pemandangan laut di belakangnya.
Baling-Baling untuk fotografi karena kalau orang naik ke puncaknya dan foto di sana hasilnya akan bagus, nggak ada di tempat lain.
"Pulau ini jadi salah satu andalan di desa tumbak,” ujar Leon.
“Ada beberapa kali tamu yang datang ke tumbak pagi pulang siang hanya untuk foto di pulau Baling-Baling," ungkapnya.
Sementara itu pulau Ponteng juga dijadikan lokasi wisata, karena punya spot diving dan snorkling.
"Keduanya masuk world class. Tingkat kerapatan karangnya lebih dari di taman laut lainnya di Sulawesi Utara," ungkapnya.
Kini hampir tiap pekan banyak warga yang datang ke Desa Tumbak untuk menikmati keindahan pulau disana. (Nie)