Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagi sejumlah terapis wanita di Manado, Sulawesi Utara, hidup adalah terang dan gelap sekaligus.
Terang karena mereka berjasa membebaskan pasiennya dari rasa lelah lewat pijatan.
Gelap karena pijatan tersebut biasanya disusul transaksi 'lain' yang terselubung rapat.
Tribunmanado menelusuri kehidupan para terapis ini dan ketemu Mimi, bukan nama sebenarnya, di salah satu tempat Spa di Kecamatan Mapanget, Manado.
Kala itu jarum jam sudah menunjuk pukul 02.00 Wita, Minggu (17/12/2023).
Tak ada lagi showing girl. Yang mangkal tinggal Mimi.
"Biasanya ada sembilan wanita dan mereka akan saya bariskan di depan bapak, tapi tinggal Mimi yang stay," kata seorang kasir pria.
Dia menuntun tribun ke lantai dua. Ada deretan kamar di sana.
Tribun dibawa di kamar paling tengah.
Di dalam keremangan kamar yang diterangi lampu kecil berwarna hijau kemerahan, tampak Mimi duduk di pembaringan sofa.
Ia seorang gadis cantik berambut sebahu dengan postur yang proporsional.
Dia menyapa hangat. Setelah basa-basi sejenak, pijat pun dimulai.
Mimi pantas disebut terapis. Keahliannya bukan basa basi. Pijatannya pas, apalagi yang berlangsung di tulang belakang.
Tindihan tangannya menyebabkan bunyi krek di rusuk.
"Sebelum masuk kemari kami di training dulu, sampai ahli baru bisa pijat," kata dia.
Mimi tak keberatan buka bukaan. Ia sudah janda.
Pisah dengan suaminya karena KDRT.
Untuk menghidupi anaknya di kampung, Mimi menekuni berbagai pekerjaan.
Pernah ia bekerja di sebuah perusahaan. Kemudian jadi tukang pijat.
Ditanya alasannya, Mimi hanya berdiplomasi.
"Yah sudah takdirnya, dipanggil teman," kata dia.
Mimi berterus terang tentang sesuatu di balik pekerjaannya.
Sehabis pijat, biasanya disusul dengan hubungan badan.
"Tapi saya berusaha agar itu jangan keluar dari mulut saya, sebisanya pasien yang menawarkan," kata dia.
Mimi punya harga jual yang tak bisa ditawar-tawar. Pantang ia bernego.
"Kalau tidak mau ya sudah, saya bukan gampangan," kata dia.
Ia pun tak mau tanpa pengaman. Kesehatan ia jaga baik-baik.
"Untuk apa dapat uang lalu kena penyakit," ujarnya.
Mimi mengaku tempat kerjanya menyiapkan dokter.
Sebulan sekali mereka jalani pemeriksaan kesehatan.
"Dan pemeriksaan terakhir, saya belum HIV/AIDS," kata dia.
Untuk menjaga kebugaran tubuhnya, Mimi melakoni olahraga Aerobik. Ia juga melakukan senam kegel.
Mengenai waktu kerjanya, menurut Mimi fleksibel. Bisa pagi, siang, malam atau subuh.
Ungkap Mimi, ia sesungguhnya sudah lelah karena sudah memijit sedari siang
Tapi memaksa diri hingga subuh. Alasannya mengharukan.
"Saya ingin cari tambahan uang untuk anak saya di kampung, ini sudah dekat natalan," kata dia.
Sang anak, sebut dia, adalah alasannya untuk hidup. Ia kuat karena anaknya.
"Ia sekarang sekolah," kata dia.
Ia bercerita sang anak selalu bersorak girang kala ia pulang sebulan sekali. Apalagi jika ia bawa hadiah.
"Dan saya ingin ia bahagia, ia tak perlu tahu kalau ibunya bekerja seperti ini," kata dia. (Art)
• Jelang Hari Natal Warga Minahasa Turun Gunung, Belanja di Manado