TRIBUNMANADO.CO.ID - Fakta-fakta Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara (Sulut).
Gunung Karangetang merupakan salah satu gunung api paling aktif di Indonesia.
Tercatat, Gunung Karangetang telah meletus sebanyak lebih dari 40 kali sejak tahun 1675.
Selain itu, banyak sekali letusan kecil yang tidak terdokumentasi pada catatan sejarah.
Sementara pagi ini, ada aktivitas peningkatan jarak luncur guguran lava di Gunung Karangetang.
Baca juga: Link Live Streaming PSM Makassar vs Persik Kediri, Nonton Siaran Langsung Liga 1 Sore Ini
Baca juga: Gempa Terkini Pagi Ini Kamis 3 Agustus 2023, Baru Saja Guncang di Laut, Info BMKG Magnitudonya
Simka penjelasan lengkapnya di artikel ini.
Tingkat aktivitas Gunung Api Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Provinsi Sulawesi Utara masih sangat tinggi.
Bahkan pagi ini, Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Karangetang menyatakan adanya peningkatan jarak luncur guguran lava yang mengarah ke Kali Kahetang Kelurahan Tarorane dan Kali Keting Kelurahan Tatahadeng Siau Timur.
Jarak luncur ke Kali Kahetang yang sebelumnya 1750 meter kini bertambah 100 meter menjadi 1850 meter dari puncak kawah utama Karangetang.
Begitu pula yang mengarah ke Kali Keting Tatahadeng yang sebelumnya berada di angka 2000 meter kini bertambah menjadi 2100 meter.
"Ya, terjadi peningkatan jarak luncur ke Kali Kahetang dan Kali Keting," kata Ketua Pos PGA Karangetang, Yudia Tatipang, Kamis (3/8/2023).
Dengan begitu, beberapa wilayah yang ada di Kelurahan Tarorane dan Kelurahan Tatahadeng diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan jarak luncur guguran lava ini.
"Perlu diwaspadai adanya potensi awan panas dan guguran lava pijar," sambung Yudia.
Selain itu, aktivitas kegempaan juga dilaporkan mengalami peningkatan yang cukup signifikan selang pukul 00.00 Wita hingga pukul 06.00 Wita pagi ini.
Dimana sebelumnya jumlah kegempaan tidak lebih dari 100 kali namun kali ini mencapai 114 kali dengan amplitudo 10-30 mm dan berdurasi 50-110 detik.
Kondisi ini langsung disikapi pemerintah daerah dengan menggelar pertemuan antara OPD teknis bersama petugas Pos PGA Karangetang pagi ini.
"Kita akan rapat pagi ini di Pos PGA.
Kita bisa bicarakan bersama, langka apa yang harus diambil sehubungan dengan kondisi gunung saat ini," ungkap Asisten I Sekda, Novia Tamaka.
Dari laporan aktivitas Karangetang periode 3 Agustus 2023, Pos PGA merekomendasikan beberapa poin untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Masyarakat atau wisatawan diingatkan untuk tidak mendekati atau beraktivitas di dalam zona prakiraan bahaya yaitu radius 2.5 km dari puncak Kawah Dua (Kawah Utara) dan Kawah Utama (selatan) serta area perluasan ke arah Barat daya selatan tenggara sejauh 3,5 km.
Mewaspadai guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi sewaktu-waktu dari penumpukan material lava sebelumnya karena belum stabil dan mudah runtuhnya penumpukan lava, terutama kesektor selatan, tenggara, barat dan barat daya.
Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan karena adanya potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke pantai.
Gunung Karangetang dari Masa ke Masa
Berikut aktivitas Gunung Karangetang dari masa ke masa yang dirangkum Tribunnews.com.
Mengutip Wikipedia, Gunung Karangetang juga dikenal juga dengan nama Api Siau.
Gunung berapi ini terletak di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara.
Sebagai gunung berapi yang paling aktif di Indonesia, Gunung Karangetang tercatat telah meletus sebanyak lebih dari 40 kali sejak 1675.
Banyak sekali letusan kecil yang tidak terdokumentasi pada catatan sejarah.
Mengutip situs resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi, vsi.esdm.go.id, karakter erupsi gunung berapi ini tergolong beristirahat singkat.
Hanya hitungan bulan, Gunung ini akan aktif kembali setelah sebelumnya beristirahat.
Pada umumnya aktivitasnya dimulai dengan erupsi asap/abu dan biasanya berlangsung dua atau tiga bulan.
Selanjutnya akan diikuti erupsi magmatik (eksplosif) dengan leleran lava (efusif).
Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.
Pada tahun 1675, terjadi erupsi eksplosif dari Kawah Utama Gunung Karangetang.
Lalu pada 16 Januari 1712, terjadi erupsi eksplosif dari Kawah Utama.
Bahkan letusannya sampai terdengar di Ternate.
Gunung Karangetang terus menunjukkan aktivitasnya yakni di tahun 1825, 1864, 1883, 1886, 1887, 1892 sampai 1899.
Tahun 1900, Gunung ini kembali erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama.
Sekira Maret 1921, erupsi eksplosif normal kembali terjadi dari Kawah Utama.
Suhu air di kawah yang merupakan danau kawah mencapai 80°C dan berbau belerang.
Bahkan pada saat itu, kawah terpantau aktif dan mengeluarkan lava pijar.
Pada 10 Mei 1922 peningkatan kegiatan, nampak sinar api di atas kawah.
Periode 14 Agustus, erupsi dari kawah mengeluarkan abu dan bom-bom vulkanik, yang jatuh di sekeliling kawah.
Tahun 1940 tepatnya pada awal Maret, erupsi eksplosif normal kembali terjadi dari Kawah Utama.
Jumlah korban meninggal ada satu orang, sementara dua orang luka-luka.
Tak hanya itu, ratusan pohon kelapa terbakar dan mati.
Akhir Januari, pada tahun 1962 erupsi abu terjadi setinggi 2000 meter.
Belum berhenti, pada awal Februari, erupsi besar terjadi.
Gunung Karangetang ini mengeluarkan material vulkanik pijar dan kilat api, serta asap hitam tebal.
Pada 29 Mei ditahun itu, erupsi besar kembali terjadi dengan kolom asap setinggi 2000 meter.
Aktivitas ini berangsur sampai September hingga Desember.
Akibatnya jalanan rusak, lima rumah hancur dan lima lainnya rusak di Ulu dan Tarorane.
Tahun 1987, suara gemuruh terdengar bagaikan pesawat jet dan erupsi asap terjadi sepanjang tahun.
Juni 1993, terjadi lahar di Kali Kahetang melanda sekitar Ibukota Kecamatan Siau Timur, Ulu Siau.
Beberapa sekolah, kantor pemerintah, sarana ibadah, gedung pertemuan, asrama polisi, jalan dan jembatan hancur.
Aktivitas Gunung Karangetang terus berlanjut sampai tahun 2000.
Tahun 2004 terjadi erupsi eksplosif dan pertumbuhan kubah lava.
Dan pada 22 Maret 2010, gunung ini menujukan erupsi freatik kuat disertai hujan abu.
Terlihat lahar dingin di Kali Batuawang dan Hulu Odong.
Hal ini lantas menyebabkan Jalan Hulu Odong terputus dan terendam material setinggi 10-75 cm, sepanjang 40 meter.
Hingga Tahun 2022 ini, Gunung Karangetang masih menunjukan aktivitasnya sejak 7 Februari 2023 sampai Rabu (8/2/2023).
(TribunManado.co.id/Octavian Hermanses/Tribunnews.com)
Baca Berita Tribun Manado di Google News
Tayang di TribunManado.co.id dan Tribunnews.com