Jemaah Haji

Kisah Syaifullah, ASN Kemenag Manado Sulawesi Utara Gendong Jamaah Haji Lansia di Tanah Suci

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Syaifullah Abdullah, Petugas Haji dari Kemenag Manado Sulawesi Utara Gendong Jamaah Haji Lansia.

"Sudah belasan, sejak jamaah gelombang I, di Makkah, maktab Mina, Iful selalu paling dulu cari jamaah lansia di bus atau maktab."

Iful bercerita, Ibunya meninggal dunia, bulan Maret dua bulan sebelum berangkat ke Tanah Suci.

"Umur beliau waktu itu meninggal 73 tahun. Bapak saya kini sudah 78 tahun, saya juga ingin berbakti di sini," ujar Iful dengan mata berkaca-kaca.

Soal gendong menggendong jamaah lansia, Iful punya pengakuan sekaligus alasan sendiri.

"Sudah banyak yang saya gendong dan pikul bang dan semua terasa ringan karena saya selalu ingat orangtua saya," ujar Iful yang mengaku saban punya kesempatan ke Masjidil Haram atau Nabawi, dia juga mendoakan ayahnya, Haji Abdullah agar husnul khatimah.

Dia pun mengisahkan soal bakti ke almarhumah ibunya, Halimah Rukundin.

Bulan Maret 2023 lalu, sebelum ikut seleksi Panitia Petugas Haji Indonesia (PPHI) di Manado, ibunya wafat.

"Sebelum ibu meninggal saya diwasiatkan buku manasik haji umrah dari Kemenag, buku yang dia gantung di lehernya saat naik haji tahun 2001 lalu," ujar Iful.

Iful mengaku, buku manasik haji itu samacam wasiat sekaligus menambah kepercayaan dirinya untuk ikut tahapan seleksi PPIH Arab Saudi.

Alhamdulillah, Mei 2023 lalu, sebelum Lebaran 1444 H, namanya tercantum dalam daftar 460 petugas PPIH non-kloter.

Iful memang terlihat terus membawa buku manasik sebesar dan setebal telapak tangan orang dewasa itu.

Saat menunaikan umrah sunnah, dua hari sebelum berangkat wuquf di Arafah, buku itu juga digantung di lehernya saat miqat di Masjid Aisiyah, kawasan Tanaim, luar Tanah Haram, Makkah.

"Ini saya mau umrahkan bapak mertua saya, Bang! " ujarnya kepada Tribun, yang kebetulan satu bus shalawat dari Masjidil Haram ke Sektor III Sysyah, Makkah.

Bahkan saat Iful berjuang untuk mencium potongan batu sorga "Hajar Aswad" di sudut tenggara Baitullah, dia mengaku terus mengenggam buku manasik itu.

Saat Wuquf di Arafah, melintas di Muzdalifah, mabit, jamarat aqabah di Mina, buku itu ibarat kalung penghias di pakaian ihramnya.

Halaman
123

Berita Terkini