Jokowi

Jokowi Akui Tidak Akan Netral di Pemilu 2024, Cawe-Cawe Pilih Pemimpin yang Tepat

Editor: Frandi Piring
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Jokowi mengaku tidak akan netral di Pemilu 2024. Cawe-Cawe pilih pemimpin yang tepat.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan tidak akan netral di Pemilu 2024.

Jokowi mengaku dirinya akan terlibat dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

Dalam pengakuannya itu, Jokowi lantas memberikan alasan terkait sikap yang diambilnya.

Pernyataan Jokwi tersebut lantas menjadi buah bibir masyarakat.

Sebagai presiden, Jokowi dengan tegas menyatakan tidak akan netral dalam Pemilu 2024.

Bahkan Jokowi dengan mantap akan ikut campur pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Tapi dia mengklaim, cawe-cawe atau mencampuri urusan kontestasi politik ini dalam arti yang positif.

Cawe-cawe yang dimaksud, menurut Jokowi, tentu masih dalam koridor aturan dan tidak akan melanggar undang-undang.

Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto berkunjung ke kediaman Presiden Joko Widodo di Solo, Jawa Tengah pada Sabtu, (22/4/2023). Setelah bersilahturahmi Idul Fitri, Prabowo bagi-bagi THR ke warga di Pasar Kliwon Solo. (Tribunnews.com)

"Saya tidak akan melanggar aturan, tidak akan melanggar undang-undang," kata Jokowi saat bertemu dengan para pemimpin redaksi media massa nasional di Istana, Jakarta, Senin (29/5/2023) sore.

"Tolong dipahami ini demi kepentingan nasional, memilih pemimpin pada 2024 sangat krusial penting sekali, harus tepat dan benar,” ucap mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo itu.

Jokowi mengklaim, Pilpres 2024 menjadi krusial karena Indonesia membutuhkan pemimpin yang bisa menjadikan negara maju pada 2030.

Oleh karena itu, kebijakan dan strategi kepemimpinan berikutnya akan menjadi penentu Indonesia untuk menjadi negara maju atau tidak.

"Karena itu saya cawe-cawe. Saya tidak akan netral karena ini kepentingan nasional," katanya.

"Kesempatan kita hanya ada 13 tahun ke depan. Begitu kita keliru memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan,

hilanglah kesempatan untuk menjadi negara maju," ujarnya.

Dia mencontohkan, negara semacam Korea Selatan adalah contoh terbaik.

Negara itu bisa menjaga kemajuannya dengan kepemimpinan yang stabil.

Karena itu, Jokowi menyatakan bahwa Pilpres 2024 sangat penting.

Dia juga memastikan, tidak ada peraturan yang melarang soal cawe-cawe.

"Tidak ada aturan yang dilanggar," kata Jokowi.

"Tolong dipahami ini demi kepentingan nasional, memilih pemimpin pada 2024 sangat krusial penting sekali, harus tepat dan benar,” ucapnya.

Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023). (BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN/ LAILY RACHEV)

Sementara terkait dengan siapa capres dan cawapres yang dijagokan, Jokowi mengaku hal tersebut urusan partai politik (parpol).

"Kalau urusan siapa capres cawapres itu urusan partai politik.

Saya tidak bisa intervensi. Bisa itu calonnya 2, 3, 4, itu urusan parpol," katanya.

Belum jelas cawe-cawe seperti apa yang dimaksud oleh Jokowi.

Namun pernyataan Jokowi itu dikritik oleh sejumlah oposisi.

Jokowi sebagai presiden dinilai hanya akan mendukung salah satu Capres saja.

Diduga kuat aksi Cawe-cawe Jokowi ini lantaran desakan elit pendukungya yang terlanjur nyaman dengan posisi yang telah didapatkan semenjak Jokowi menjadi presiden.

Baca juga: Ditanya AHY, Jokowi Mengaku Tidak Tahu Apa-apa Soal Pemakzulan Partai Demokrat oleh Moeldoko

Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com

Berita Terkini