Menurut Sayyid Qutb, ‘qul huwallaahu ahad’ merupakan lafal yang lebih halus dan lebih lembut daripada kata ‘ahad’.
Sebab, kalimat itu menyandarkan kepada makna ‘wahid’ bahwa tidak ada sesuatu pun selain Dia bersama Dia dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang sama denganNya.
Ini adalah ahadiyyatul-wujud, keesaan wujud. Karena itu tidak ada hakikat kecuali hakikat-Nya dan tidak ada wujud yang hakiki kecuali wujud-Nya.
Segala maujud yang lain hanyalah berkembang atau muncul dari wujud yang hakiki itu dan berkembang dari wujud dzatiyah itu menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir fi Zilalil Qur’an.
Surat Al Ikhlas Ayat 2
Menurut Ibnu Abbas, seluruh makhluk bergantung kepada Allah SWT. Dia-lah Tuhan yang Maha Sempurna dalam perilaku-Nya.
Maha Mulia yang Maha Sempurna dalam kemulian-Nya. Maha Besar yang Maha Sempurna dalam kebesaran-Nya.
Menurut Tafsir Al Misbah, ash shamad (الصمد) berasal dari kata kerja shamada (صمد) yang artinya menuju. Ash shamad merupakan kata jadian yang artinya ‘yang dituju’.
Sedangkan menurut Sayyid Qutb, arti ash shamad (الصمد) secara bahasa adalah tuan yang dituju, yang suatu perkara tidak akan terlaksana kecuali dengan izinnya.
Allah SWT adalah Tuan yang tidak ada tuan sebenarnya selain Dia. Dialah satu-satunya yang dituju untuk memenuhi segala hajat makhluk.
Surat Al Ikhlas Ayat 3
Sayyid Qutb menjelaskan, hakikat Allah itu tetap, abadi, azali. Sifat-Nya adalah sempurna dan mutlak dalam semua keadaan.
Kelahiran adalah suatu kemunculan dan pengembangan, wujud tambahan setelah kekurangan atau ketiadaan.
Hal demikian adalah seseuatu yang mustahil bagi Allah SWT. Kelahiran juga memerlukan perkawinan. Dan ini juga mustahil bagi Allah SWT.
Surat Al Ikhlas Ayat 4