Sinamot merupakan bagian dari tradisi pernikahan Suku Batak berupa mahar atau maskawin.
Istilah lain dari sinamot adala tuhir ni boru.
Sejarah sinamot
Diberitakan Kompas.com (8/3/2023), sinamot berasal dari kebudayaan suku Batak pada masa lampau.
Ketika itu, perempuan suku Batak mayoritas bekerja sebagai petani.
Sehingga saat mereka menikah, perempuan akan pergi mengikuti suaminya. Dengan begitu, pekerjaan di ladang akan semakin berat bagi keluarga si perempuan.
Hal inilah yang melatarbelakangi pihak laki-laki wajib memberikan pengganti berupa tenaga kerja, biasanya berbentuk binatang ternak seperti kerbau.
Namun, berjalannya waktu, sinamot bisa dalam bentuk benda lain, seperti rumah, tanah, sawah, ataupun emas.
Belakangan, sinamot bisa juga diberikan dalam bentuk uang tunai.
Makna sinamot
Menurut Dosen Program Studi Antropologi Sosial FISIP USU Fikarwin, sinamot bisa dimaknai sebagai "kompensasi" dari suami kepada keluarga sang isteri yang telah merawat, mendidik, dan membesarkannya.
"Maknanya kalau dalam perspektif struktural-fungsionalisme ialah sebagai 'imbalan buat penyeimbang' ketika si perempuan 'diambil' dari klen/marganya dan dibawa 'masuk' ke dalam klen suami oleh suaminya (virilokal) melalui perkawinan," terangnya.
Besaran sinamot
Adapun besaran sinamot tidak tentu.
Fikarwin mengatakan, nominal sinamot sangat relatif, sesuai dengan negosiasi yang terjadi antara keluarga kedua belah pihak.