TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Ida Dayak saat ini tengah jadi bahasan publik.
Itu setelah dirinya berhasil mengobati banyak orang.
Aksi Ida Dayak saat mengobati pasien pun viral di media sosial.
Hal itu membuat dirinya dikenal publik dari orang biasa hingga pejabat termasuk Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Siti Fadilah Supari.
Bahkan Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Siti Fadilah Supari mengaku kagum pada sosok Ida Dayak.
Sakit salutnya, Siti Fadilah Supari berharap bisa bertemu dengan perempuan asal Paser, Kalimantan Timur ini.
Kekaguman Siti Fadilah Supari terlihat saat ia menjadi pembicara dalam Catatan Demokrasi TV One, Selasa (11/3/2023) malam.
Tak mempermasalahkan pengobatan Ida Dayak, apa alasan Siti Fadilah tetap beri dukungan?
Seperti diketahui, pengobatam alternatif permasalahan tulang yang dilakukan Ida Dayak viral dan menjadi sorotan luas.
Ida Dayak yang mengobati pasiennya hanya dengan mengurut bagian tubuh yang bermasalah dengan minyak racikannya itu tidak memungut biaya pada pasiennya.
Dia hanya menjual minyak urutnya dengan harga Rp 50.00 per botol.
Karena viralnya pengobatan Ida Dayak membuat dia diserbu ratusan pasien setiap kali berpraktik.
Bahkan, mantan Kepala BIN Hendropriyono, Mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa hingga politisi Guruh Soekarno Putra merasakan pengobatan yang dilakukan Ida Dayak.
Terkait hal ini, Siti Fadilah Supari mengungkapkan, pengobatan seperti Ida Dayak ini sudah dimasukkan dalam regulasi khusus saat dia menjabat sebagai Menteri Kesehatan.
"Pengobatan ini termasuk pengobatan alternatif. Saya masukkan di bidang kesehatan, kita akui, kita masukkan resmi," katanya.
Menurut Siti Fadilah, kalau saat ini pemerintah menyikapi fenomena Ida Dayak dengan baik, hal itu sebuah kewajaran.
"Kalau memang hasilnya baik, dan tidak pernah ada fail atau kegagalan, why not. Itu memang cara yang khusus," katanya.
Menurutnya, semua penyembuhan itu sebenarnya yang menyembuhkan hanya Allah SWT (Tuhan), bukan obat , bukan dokter, bukan sisapapun juga.
Ida Dayak sendiri dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa ini semua kehendak Allh, bukan karena dia.
Siti Fadilah mengaku setiap hari mengamati pengobatan yang dilakukan Ida Dayak.
Dia melihat ada kesejukan dalam pengobatannya.
Akhirnya, dia menyimpulkan bahwa Ida Dayak ditakdirkan datang ke masayrakat umum di Jawa itu sebuah keberkahan, dimana masyarakat saat ini dalam keadaan gelisah dan cemas setelah Covid-19 dan dihantui adanya resesi.
"Bu Ida datang dengan wajah keibuan, dengan gerakan manis, penuh kasih sayang, penuh kepedulian. Seolah-olah bilang: Aku mau menolongmu.
Itu sesuatu yang sangat dirindukan masyarakat banyak," katanya.
Bahkan, Siti Fadilah pernah berlinang air mata melihat Ida Dayak mengobati pasiennya.
"Saya melihat orang-orang sekitarnya, matanya sangat berterimakasih. Rakyat kecil lho mereka," kata Siti Fadilah dengan suara bergetar.
Siti bahkan mengaku ikut berterimakasih kepada ibu ida karena telah memberikan hiburan, bahwa masih ada harapan.
"Kita ini kan sedang prihatin setelah covid, resesi, semua menggelisahkan. Ibu ini datang dengan senyum ikhlas dan kepedulian kepada masayarakat kecil, Ini menurut saya ini sendiri sebuah obat," katanya.
JIka dilihat dari segi medis, menurut Siti Fadilah, keajabaikan itu memang ada.
Dia lalu menceritakan ketika menjadi Menteri Kesehatan ada fenomena bocah Ponari, yang mengobati pasiennya dengan mencelupkan batu ke air untuk kemudian diminumkan ke pasiennya.
"Saya diamkan saja, saya amati kalau ada komplikasi harus kita tolong. Tetapi kita tidak melarang, kita tut wuri handayani, Dia menginjak dewasa. ilang sendiri. Kalau ibu ini keikhlasannya itu yang sangat penting," katanya.
Saking salutnya, Siti Fadilah mengaku sangat ingin bertemu dengan Ida Dayak,
"Bu ida saya pengen ketemu," kata Siti Fadilah di depan kamera.
Menanggapi keinginan Siti Fadilah, Ali Mochtar Ngabalin yang juga menjadi bintang tamu acara tersebut bertekat akan menghubungkan mantan Menkes itu dengan Ida Dayak.
Sosok Siti Fadilah Supari
Dikutip dari wikipedia, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 6 November 1949.
Siti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta .
Ia menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972.
Pada 1987, ia menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987.
Pada 1996, ia menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.
Pada 1993, ia mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997).
Pada 1998, ia kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).
Ahli jantung hingga menteri kesehatan
Sebelum menjadi menteri kesehatan, Siti Fadilah adalah pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.
Siti Fadilah telah menjabat sebagai ahli jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun.
Ia juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Pada 20 Oktober 2004, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi menteri kesehatan.
Serah terima jabatan menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dilakukan di Jakarta, 21 Oktober 2004.
Setelah menjadi menteri kesehatan, Siti Fadilah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden dari 25 Januari 2010 hingga 20 Oktober 2014.
Lawan flu burung
Pada tahun 2004, Indonesia dilanda wabah flu burung.
Kasus penularan flu burung dari unggas ke manusia di Indonesia terjadi pada 2005.
Harian Kompas mencatat terdapat 171 kasus orang yang terinfeksi flu burung sejak 2005 hingga 31 Desember 2010.
Sebanyak 141 orang yang terinfeksi kasus flu burung tercatat meninggal dunia.
Mereka yang meninggal dunia akibat flu burung rata-rata mengalami gejala berat seperti pneumonia Selama kurun waktu kurang lebih lima tahun, kasus flu burung terjadi di 11 provinsi yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Riau.
Selaku Menkes, ketika itu Siti Fadilah mengkritik upaya badan kesehatan dunia (WHO) yang menurut dia terlalu membesar-besarkan kasus flu burung.
Kritikan itu dikemukakan Menkes pada teleconference dengan 1.500 orang bidan di seluruh Indonesia pada pembukaan Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Hotel Bumiminang, Padang, Sumatera Barat.
Menkes mempertanyakan, kenapa hanya flu burung yang menjadi isu dunia padahal masih banyak jenis penyakit lain di antaranya Tuberculosis (TBC) yang menelan korban ratusan orang tiap hari di seluruh dunia tetapi tidak mendapat perhatian WHO.
Sementara flu burung yang hanya korbannya sedikit menjadi perhatian yang luar biasa dan cukup mengagetkan dunia.
"Kenapa menjadi isu begitu mengejutkan dunia," kata Menkes, karena negara-negara maju terancam sedang penyakit TBC hanya mengancam negara-negara miskin.
"Ini adalah satu bentuk ketidakadilan," tegasnya.
Siti Fadilah saat itu juga menyetop pengiriman sampel virus flu burung dari Indonesia ke WHO untuk diteliti dan dibuatkan vaksinnya.
Musababnya, Siti Fadilah menilai nantinya Indonesia akan dibuat bergantung kepada WHO dan negara-negara maju yang menjadi produsen vaksin untuk menghentikan wabah flu burung di Tanah Air.
Menurut dia, hal itu sama saja membiarkan negara kaya mengambil keuntungan dari negara miskin dengan cara memanfaatkan wabah yang sedang terjadi.
Penyetopan pengiriman sampel virus flu burung ke WHO itu lantas menjadi kontroversi.
Ia merasa dipojokkan dengan pemberitaan media terkait kebijakannya tersebut.
Saat kasus flu burung mulai mereda, Siti Fadilah menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tughan di Balik Virus Flu Burung”.
Buku itu lalu ramai dibahas media luar negeri karena dianggap menetang WHO dalam menangani wabah flu burung.
“Saya hanya bermaksud menggugat ketidakadilan yang sudah berlangsung puluhan tahun dalam mekanisme yang berlaku di WHO,” ujar Siti Fadilah sebagaimana dikutip Antara saat buku tersebut ramai dibahas.
Dijadikan tersangka
Namun, usai menjabat Menkes, Siti Fadilah justru tersandung kasus korupsi dalam pengadaan alat kesehatan untuk penanganan kasus flu burung.
Siti Fadilah divonis empat tahun penjara oleh majelis hakim pada Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (16/6/2017).
Siti juga diwajibkan membayar denda Rp 200 juta subsider 2 bulan kurungan.
Siti Fadilah terbukti melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 65 ayat 1 KUHP.
Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, meragukan adanya aliran uang dari kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (Alkes) oleh tersangka Siti Fadilah ke koleganya di partai matahari terbit, Soetrisno Bachir dan Amien Rais.
Siti Fadilah kemudian menghirup udara bebas pada 31 oktober 2020.
Penghargaan
Berikut penghargaan yang pernah diterima antara lain:
1987, The Best Investigator Award dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
1988, Best Young Investigator Award dalam Kongres Kardiologi di Manila, Filipina.
1994, The Best Investigator Award pada Konferensi Ilmiah tentang Omega 3 di Texas, Amerika Serikat.
1997, Anthony Mason Award dari Universitas South Wales.
Selain itu ia menerima pula beberapa penghargaan dari Amerika dan Australia. Tak kurang dari 150 karya ilmiahnya telah diterbitkan dalam jurnal lokal, regional, dan internasional. (tribunnews/kompas.com/wikipedia)
Artikel ini telah diolah dari Surya.co.id dengan judul SOSOK Mantan Menteri Kesehatan Bercucuran Air Mata Lihat Ida Dayak, Siti Fadilah: Saya Ingin Ketemu
Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com
Baca Berita Tribun Manado Lainnya : Google News
Baca Berita Terbaru di sini