Lokal Bercerita

Cerita Lucky Lintong, Petani Captikus dari Minsel Sulawesi Utara

Penulis: Manuel Mamoto
Editor: Rizali Posumah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lucky Lintong, Petani Captikus dari Minsel Sulawesi Utara

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Captikus merupakan minuman beralkohol yang diolah secara tradisional oleh petani aren di Sulawesi Utara termasuk di Kabupaten Minahasa Selatan untuk mencukupi biaya hidup sehari-hari. 

Para petani melakukan penyulingan air nira dengan peralatan seadanya untuk menghasilkan minuman captikus yang kemudian dijual ke pasaran. 

Saat ini pasaran harga captikus berfariasi tergantung pada tinggi rendahnya kadar alkohol yang terkandung di dalamnya. 

Sudah banyak petani captikus di Minsel yang dapat menyekolahkan anak mereka sampai ke perguruan tinggi dari hasil penjualan captikus. 

Lucky Lintong salah satunya, petani sekaligus pengusaha captikus asal Desa Wakan Kecamatan Amurang Barat, yang mengawali usaha captikus pada tahun 2016.

Kepada Tribunmanado.co.id, Lucky Lintong bercerita bagaimana dia memulai usaha penampungan captikus dari para petani. 

Kata Lucky Lintong dirinya hanya melanjutkan usaha orang tua yang sudah dirintis sejak tahun 1990.

"Saat itu saya hanya ikut melihat dan belajar cara membuat captikus sampai akhirnya mengolah usaha ini bersama istri, " suami dari Silvia Pongantung saat diwawancarai Tribunmanado.co.id, Selasa (11/4/2023). 

Saat ini Lucky Lintong memiliki 12 lokasi pembuatan captikus di Desa Wakan dan sekitar 25 orang petani captikus dari Desa Elusan dan beberapa desa lain yang bekerja sama dengan dia

Dalam sehari Lucky Lintong bisa menampung sekira 400 - 800 botol captikus atau 200 - 500 liter. 

Lucky Lintong menjual captikus kepada penampung yang lebih besar (suplier) yang selanjutnya disuplai ke beberapa perusahaan. 

Dari segi keuntungan yang diperoleh Lucky Lintong mengaku mendapat Rp 1.000 - 1.500 / botol. 

"Untuk keuntungan saat ini bisa di bilang tipis karena produksi melimpah jadi harga turun.

Waktu lalu harga sebotol bisa sampai Rp 20.000-30.000 tergantung kadar alkoholnya, tapi sekarang sebotol hanya Rp 6000 bahkan bisa sampai Rp 4000," jelas Lucky Lintong. 

Dengan kondisi produksi yang saat ini melimpah banyak penampung yang menolak sehingga tidak jarang captikus yang di tampung Lucky Lintong di rumahnya menumpuk dan kondisi ini merugikan bagi Lucky Lintong.

"Istilahnya panen raya. Di mana pohon aren menghasilkan nira yang banyak sehingga produksi melimpah.

Dengan kondisi seperti ini kami kesulitan untuk menyalurkan karena suplier sering menolak, sementara Captikus dari petani kami harus bayar, " keluh Lucky Lintong.

Sebagai seorang petani dan  pengusaha captikus Lucky Lintong berharap pemerintah dapat memfasilitasi petani seperti mereka untuk bisa menjual captikus ke perusahaan. 

"Produk kami menumpuk karena tidak ada jalur untuk kami memasukan captikus ke perusahaan jadi harus lewat suplier, sementara suplier menolak yang terjadi Captikus kami menumpuk, " harap Lucky Lintong.

Untuk mengolah usaha captikus, Lucky Lintong mengurus semua perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemkab Minsel. 

"Untuk memasukan captikus ke suplier biasanya ada surat dari kepolisian karena itu menjadi persyaratan di kami, " kata Lucky Lintong.

Lucky Lintong bersyukur lewat usaha captikus yang dia kelola bersama istrinya Silvia Pongantung sudah dapat menghidupi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan ke dua anaknya. 

"Kalau bukan dari usaha ini bagaimana kami dapat menyekolahkan anak. Tidak ada usaha yang lain kami jalani, " tutur Lucky Lintong.

Dengan hasil usahanya saat ini mereka dapat menyekolahkan Livia Lintong, putri mereka ke perguruan tinggi. 

"Putri kami baru selesai SMA dan masuk kuliah di Polbagtan Manokwari melalui jalur undangan.

Dan anak kami yang satu laki-laki saat ini masih di bangku sekolah dasar, " tutup Lucky Lintong. (Isak) 

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Berita Terkini