Gorontalo

Pantas Warga Gorontalo Lebih Suka Beli Minyak Goreng Curah Daripada Kemasan, Ternyata Isi Jadi Sebab

Editor: Alpen Martinus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Gorontalo lebih memilih pakai minyak goreng curah ketimbang kemasan, ini sebabnya

TRIBUNMANADO.CO.ID - Minyak goreng curah menjadi piliahan bagi kebanyakan warga Gorontalo.

Fenomena tersebut memang terjadi sudah sejak lama.

Bahkan hingga kini mereka belum terlalu berminat menggunakan minyak goreng kemasan.

Baca juga: Pantau Penjualan Minyak Goreng di Pasar Langowan, Disperindag Minahasa Temukan Kasus Bundling


Harga minyak goreng di pasar tradisional Pusat Niaga Kota Palopo, Sulawesi Selatan, masih tinggi, meski pemerintah menurunkan harga dan memberlakukan pemerataan harga minyak goreng sebesar Rp14.000 per liter, Jumat (28/01/2022)(MUH. AMRAN AMIR) 

Alasannya bukan soal kualitas minyak goreng tersebut, melainkan volumenya.

Sebab minyak goreng curah mereka boleh beli dengan volume sesuai keinginan mereka.

Harganya pun cenderung lebih murah dibandingkan kemasan.

Sepertinya perusahaan minyak goreng kemasan harus menghadirkan produk dengan volume lebih banyak lagi.

Baca juga: Satgas Pangan Sulawesi Utara Duga Ada Mafia Timbun Minyak Goreng Rp 14.000, Dijual ke Daerah Lain

Masyarakat Gorontalo rupanya lebih menyukai minyak goreng curah dibandingkan kemasan bermerek. 

Menurut Chandra, seorang distributor minyak goreng, mengungkapkan jika masyarakat lebih menyukai minyak goreng curah karena dianggap lebih banyak. 

Sebab, minyak goreng kemasan menggunakan satuan volume liter. Sementara minyak goreng curah menggunakan satuan massa kilogram. 

Kedua ukuran ini berbeda dan memang tidaklah sama. 1 liter minyak goreng setara dengan 0.9 kilogram. 

Baca juga: Harga Terbaru Minyak Goreng di Halmahera Selatan Pasca Naik, Ada Sampai Rp 50 Ribu Per 2 Liter

Sebaliknya, 1 kilogram minyak goreng, 1,1 liter atau lebih banyak 100 gram. 

Inilah yang menyebabkan masyarakat lebih memilih minyak goreng curah.

Minyak goreng curah 100 gram lebih banyak dari minyak kemasan, kendati harganya sama. 

“Mereka lebih suka yang curah itu, karena dikemas dalam satu kilogram bukan satu liter," jelas Chandra, Direktur PT Cipta Langgeng Mitra Sukses, Sabtu (25/2/2023).

"Mereka bilang kalau satu liter cepat habis, sedangkan botolan di pasar yang curah itu lama habis," tambah Chandra.

Chandra mengungkapkan, saat ini pihaknya menyediakan minyak goreng kemasan seperti Tropical, Hemart, Fitri, Rosebrand dan Sofia. 

Sedangkan merek Minyakita sebagai minyak goreng subsidi, saat ini masih kosong. 

Minyak goreng tropical berharga Rp 19-an ribu, Rosebrand senilai Rp 12.800, sedangkan Fitri diklaim paling murah, yakni Rp 15.800.

Disamping itu, pihaknya menemui kendala kurangnya suplai minyak goreng kemasan 450 ml dan 500 ml di bulan Januari.

"Sudah masuk Februari ini kita tidak ada suplai dari pabrik untuk kemasan kecil," katanya.

PT Cipta Langgeng Mitra Sukses disebut menerima suplai dari pabrik Bina Karya Prima untuk minyak goreng kemasan kecil. Sementara, untuk kemasan besar dari Wilma dan Sungai Budi.

Chandra berpesan kepada pemerintah agar tidak mengintervensi pihak distributor atas harga berkembang di pasaran.

Pasalnya, mereka (distributor) sudah menjalani aturan dari pemerintah tentang Harga Eceran Tertinggi (HET).

"Kan bisa diklarifikasi kalau ada toko yang menjual harga di atas (HET). Harusnya dicari infonya dari mana, dapatnya dari siapa," ujar Chandra.

"Jangan semuanya disalahkan ke kita. Karena selama ini kalau ada minyak salah harga, kita lagi yang dicari. Padahal, kita sudah menerbitkan invoice sesuai aturan," imbuh dia.

Chandra memisalkan, pihaknya sudah menetapkan HET Rp 12.600 per liter HET untuk para pengecer. Apabila pengecer salah jual, pemerintah semestinya menegur para pengecer terkait.

"Jangan kita lagi yang ditegur. Masa semuanya. Hanya karena kita punya surat-suratan, perizinan yang lengkap, kemudian kita ditekan di situ. Ini kan tidak pantas," pungkasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribungorontalo.com 

Berita Terkini