TRIBUNMANADO.CO.ID, SITARO - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan hasil evaluasi aktivitas tingkat III Gunung Api Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara.
Hasil evaluasi tertanggal 23 Februari 2023 itu ditujukan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur Sulawesi Utara, serta Bupati Kepulauan Sitaro.
Berikut isi dari surat evaluasi aktivitas tingkat III Gunung Api Karangetang sejak 8 Februari pukul 16.00 WIB hingga 22 Februari 2023 yang ditandatangani Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Hendra Gunawan.
I. Pengamatan Visual.
Visual Gunung Api Karangetang (1784 mdpl) selama periode 16 - 22 Februari 2023, umumnya cuaca cerah hingga hujan, gunungapi kadang tertutup kabut, pada saat cerah teramati asap kawah putih dengan intensitas tipis hingga sedang, tinggi kolom asap maksimum mencapai 150 m di atas puncak, angin lemah hingga kencang ke arah timur laut, timur, tenggara, barat dan barat laut.
Pada malam hari masih teramati adanya api diam di tubuh kubah lava Kawah Utara, guguran selama perioda ini tidak teramati. Erupsi efusif pada kawah Utama (selatan) masih terjadi berupa leleran/luncuran lava pijar ke arah barat dan tenggara, diperkirakan masuk ke Kali Beha barat dan Kali Timbelang maksimum sejauh sekitar 1750 m dari puncak, Kali Batang maksimum sejauh 1800 meter dari puncak serta ke Kali Batuawang dan Kali Kahetang sejauh maksimum sekitar 1500 meter dari puncak.
Suara dentuman/gemuruh akibat luncuran lava pijar terdengar di Pos PGA. Luncuran lava pijar masih berlanjut terus. Material lava tampak adanya penumpukan pada lembah yang mengarah ke Kali Batang sejauh sekitar 1500 m dari puncak dan dari ujung penumpukan tersebut terjadi guguran sejauh sekitar 150 m.
II. Pengamatan Instrumental
Kegempaan selama periode 16 - 22 Februari 2023 terekam; 4 kali gempa Hembusan, 3 kali gempa Hybrid/Fase Banyak, 2 kali gempa Vulkanik Dalam, 1 kali gempa Terasa pada skala MMI - I dan 33 kali gempa Tektonik Jauh serta 28 kali gempa Tremor menerus dengan amplitude 0,5-30 mm, rekaman didominasi gempa guguran.
III. Evaluasi
1 . Erupsi Gunung Api Karangetang diawali dengan penghancuran sebagian kubah lava lama yang ada di puncak bagian barat daya, material kubah lava lama meluncur ke arah barat daya, kubah lava tersebut terdorong Oleh pergerakan magma menunju ke permukaan dalam laju rendah, sehingga pada 8 Februari 2023 terjadi erupsi efusif, menghasilkan leleran/luncuran lava pijar keluar secara menerus mengarah ke barat daya dan tenggara, kegiatan erupsi efusif masih terjadi dengan jarak luncur maksimum mencapai 1800 meter dari puncak kawah Utama.
2. Selama erupsi rekaman kegempaan didominasi gempa guguran dan Tremor menerus dengan amplitude maksimum 0,5 — 75 mm.
IV. Potensi Ancaman Bahaya.
Akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran/guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava atau awan panas guguran ke bagian hilir sehingga perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal disekitarnya serta masyarakat yang akan melintasi lembah/sungai tersebut.
Baca juga: Olly Dondokambey Buka Rakerda ke-37 Gereja Segala Bangsa Sulawesi Utara
Baca juga: Tak Miliki Data, Dinas Pariwisata Bitung Sulawesi Utara Tak Siap Hadapi Kedatangan Wisatawan
V. Kesimpulan dan Rekomendasi.
Aktivitas erupsi Gunung Api Karangetang secara Visual, instrumental dan potensi ancaman bahaya masih tinggi sehingga Tingkat Aktivitas G. Karangetang masih pada Level III (Siaga).
Dalam tingkat aktivitas Level III (Siaga) masyarakat]pengunjung/wisatawan /pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 2,5 km dari Kawah Utama (Selatan) dan Kawah Il (Utara), serta 3,5 km pada sektor selatan dan tenggara.
Masyarakat di sekitar Gunung Api Karangetang dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.
Pemantauan secara intensif tetap dilakukan guna mengevaluasi kegiatan Gunung Api Karangetang oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Api Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang.