Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Akibat bencana banjir di Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara ini kini ditetapkan sebagai daerah tanggap darurat bencana selama tujuh hari.
Menanggapi penetapan tanggap darurat di Kota Manado ini, pengamat Pemerintahan Sulawesi Utara (Sulut) Stefanus Sampe mengatakan ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Yang pertama adalah langkah jangka pendek, dimana pemerintah Kota Manado harus membantu korban banjir terutama dalam hal pangan dan makanan.
Sampe mengatakan jika usai terdampak banjir salah satu hal yang dibutuhkan warga adalah makanan.
Dan hal ini harus terpenuhi, dan pemerintah wajib hadir disana.
Jika pangan dan makanan sudah selesai, makan selanjutnya pemerintah Manado harus fokus menyelesaikan masalah infrastruktur.
Seperti jalan dan menyelesaikan masalah rumah warga yang rusak akibat banjir.
Yang kedua adalah pemerintah harus merelokasi warga yang ada di tepian bantaran sungai ke tempat yang lebih aman.
Tetapi, Stefanus Sampe mengatakan tempat yang aman ini bukan hanya bebas dari banjir saja.
Melainkan aman ketika mereka mencari nafkah atau memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ia mengatakan jika sudah ada peraturan bahwa beberapa meter dari tepian sungai tidak boleh dibangun rumah.
Aturan ini harus ditegakkan oleh pemerintah.
Terkait dengan kebijakan relokasi, dosen di Fisip Unsrat Manado ini mengatakan jika pemerintah harus tegas dan tak boleh pandang bulu.
Bahkan bila ada rumah pejabat yang di tepian sungai juga harus dininta untuk relokasi.
Stefanus Sampe menegaskan jika tak ada ketegasan dari pemerintah kota Manado, maka banjir hanya akan jadi agenda rutin setiap tahunnya.
Selain itu, anggaran Pemkot Manado hanya akan habis dipakai pasca bencana.
Maka dari itu, ia mengatakan jika sebaiknya anggaran pasca bencana ini dialokasikan untuk merelokasi warga yang ada di tepian sungai.
Karena hal ini akan membantu mengatasi masalah banjir di Manado.
Jumlah korban
Banjir Manado dan tanah longsor mengakibatkan 5 orang meninggal.
Hal itu sesuai data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado.
Total korban longsor dan banjir Manado sebanyak 9.474 Jiwa atau 3.076 Kepala keluarga.
Jumlah ini terbagi atas korban terdampak banjir 9.382 jiwa atau 30.13 KK.
Sedangkan tanah longsor terdampak ke-92 jiwa atau 63 kepala keluarga.
Selain itu, BPBD mencatat ada sebanyak 1.021 Jiwa yang masih mengungsi akibat banjir Manado.
Mereka tersebar di 36 lokasi pengungsian di Kota Manado.
Selain itu tercatat lima korban meninggal dunia.
Terdiri atas 4 korban meninggal akibat bencana longsor di Kairagi weru lingkungan 2, Kecamatan Paal Dua.
Para korban diketahui bernama: Stansye Tomas sekeon (70thn), Jemmy Moniaga (56), Magdalena Soda(67), dan Frizenli Arabaan(8)
Sedangkan korban meninggal akibat banjir berjumlah satu orang yakni Agus Manumpil (62). Korban adalah adalah warga Kelurahan Pandu Lingkungan 3, Kecamatan Bunaken.
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menetapkan 3x24 Jam untuk penanganan pascabencana diutamakan bantuan yang disalurkan berupa makanan siap saji.
"Korban bencana usai banjir masih fokus membersihkan rumah, belum sempat masak jadi berikan bantuan makanan siap saji," ujarnya.
Olly Dondokambey sudah memikirkan untuk penanganan kerusakan baik rumah, maupun infrastruktur publik.
Genangi 33 Kelurahan, Mencakup 9 Kecamatan, Berikut Rinciannya
Data yang dirangkum tribunmanado.co.id dari BPBD Manado dan Korem, banjir di Manado terjadi di puluhan titik. Tersebar di 9 kecamatan.
Kota Manado saat ini punya 11 kecamatan.
Sementara terdata banjir menggenangi 33 Kelurahan dari total 87 Kelurahan yang ada di Kota Manado.
Daerah genangan berada di tepian Daerah Aliran Sungai.
Di antaranya Sungai Bailang, Sungai Tondano, Sungai Tikala, Sungai Sario, dan Sungai Mahawu. (ryo)
Rincian Data Sebaran Banjir di Manado :
1. Kecamatan Tuminting
- Kelurahan Mahawu, Lingkungan IV. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Sumompo, Lingkungan I. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Tumumpa Satu, Lingkungan II. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Tumumpa Dua Lingkungan 2 dan 3
- Kelurahan Bitung Karang Ria Lingkungan 3
- Kelurahan Kampung Islam Lingkungan 4
2. Kecamatan Singkil
- Kelurahan Ternate Tanjung. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Ketang Baru
- Kelurahan Kombos Barat Lingkungan 1
- Kelurahan Karame
3. Kecamatan Wenang
- Kelurahan Komo Luar, Lingkungan I, II dan III. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Wenang Selatan, Jalan Boulevard
- Kelurahan Pinaesaan
- Kelurahan Tikala Kumaraka, Lingkungan III dan IV
4. Kecamatan Tikala
- Kelurahan Tikala Baru
- Kelurahan Banjer
- Kelurahan Taas
- Kelurahan Perkamil
- Kelurahan Paal 4 Lingkungan 3
5. Kecamatan Paal 2
- Kelurahan Dendengan Luar. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Kairagi Weru lingkungan 3
- Kelurahan Paal 2 Lingkungan 5, Kompleks Pasar Segar
6. Kecamatan Wanea
- Kelurahan Tanjung Batu. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Tingkulu. Ketinggian air : ± 1 mtr
- Kelurahan Karombasan.Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Ranotana. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
7. Kecamatan Sario
- Kelurahan Sario Utara. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Sario Tumpaan. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
8. Kecamatan Bunaken
- Kelurahan Bailang Lingkungan 1,4 dan 5. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Molas, Cempaka
9. Kecamatan Mapanget
- Kelurahan Kairagi Dua, Lingkungan III. Ketinggian air : ± 1,5 mtr
- Kelurahan Lapangan Lingkungan III. Ketinggian air ± 1 mtr
- Kelurahan Paniki Bawah Lingkungan I
10. Daerah Sekitar Manado
- Desa Kalasey Satu, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa. Ketinggian air : ± 45 cm
- Desa Talawaan Atas, Jaga 1,2, dan 5, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara. (Nie)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
• Teknologi Modifikasi Cuaca Bisa Jadi Solusi Cegah Longsor dan Banjir di Manado