Namun diperkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat Aneurisma.
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), menangani kurang lebih 100 kasus Aneurisma setiap tahunnya.
Penanganan kasus Aneurisma otak membutuhkan kolaborasi multidisiplin yang melibatkan dokter ahli bedah syaraf, neurointervebsuinist, neurologist, intersivist, dan lainnya.
Selain itu dibutuhkan peralatan dan fasilitas yang memadai untuk menangani Aneurisma.
Dikatakan oleh Direktur Utama RSPON, dr Akbar Arham, SpBS bahwa masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan Aneurisma.
Terlebih pada penderita pecahnya Aneurisma pada bagian otak.
“Selain meningkatkan awareness masyarakat akan Aneurisma otak ini, kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga harus ditingkatkan agar dapat mendeteksi sejak dini.”
“Melakukan edukasi, pencegahan dan penanganan komprehensif Aneurisma terutama pada penderita yang telah mengalami pecahnya Aneurisma,” ucap dr Akbar Arham, SpBS.
Kendati demikian dampak dari Aneurisma juga terbilang cukup ringan.
Aneurisma tidak selalu berujung pada kematian.
Namun, terdapat tantangan bagi keluarga penderita Aneurisma yakni, kecacatan, perawatan, tenaga, hingga biaya besar.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin) (Tribunnews.com/Gabriella Gunatyas) (Wartakotalive.com/Arie Puji Waluyo)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Baca Berita Lainnya di: Google News