Mulai di situlah, dengan modal ijazah SMKK jurusan Tata Busana Adriani langsung diperhadapkan dengan mengajar semua mata pelajaran.
“Pertama sekali masuk di kelas dan mengajar di Angkatan pertama, pelajaran matematika,” kenangnya.
Tak berhenti disitu, di tengah kesulitan tenaga pendidik di SMPN 15 Satu Atap Dorbolaang di Pulau Lembeh sosok jiwa tenaga pendidik dari Adriani diuji.
Bukan hanya mengajar di sekolah, dia juga naik rumah turun rumah menyambangi anak-anak yang putus sekolah diajak bersekolah dan mau belajar di SMPN 15 Satu Atap.
Hal ini juga, katanya sejalan dengan program pemerintah mengharuskan dan mewajibkan anak-anak yang putus sekolah harus kembali bersekolah dan menerima serta mendapat pelajaran.
Proses itu, dia tidak hanya sampai naik turun rumah warga. Melainkan hingga ke perkebunan yang ada di Kelurahan Dorbolaang.
“Dan kami bersyukur dan berbangga, seperti pribahasa upaya tidak akan menghianati hasil.
Apa yang dilakukan pada waktu itu, hasilnya banyak anak didik sudah berhasil dibidang tugas dan tempat bekerja masing-masing,” kata dia.
Seiring dengan waktu, berbagai regulasi atau aturan mengharuskan dan mewajibkan seluruh tenaga pengajar harus strata satu (S1) alias Sarjana.
Adriani pun, melanjutkan pendidikannya di strata satu dengan mengambil kuliah.
Untuk Studi S1 dia ditopang dengan tabungan honor yang dia terima selama menjadi guru Honor sejak tahun 2007 hingga tahun 2014.
Masuk kuliah di STKAM (sekolah tinggi Alkitab) Apolos Manado.
Sambil berkuliah, dia tidak pernah meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya mengajar di sekolah.
Waktu kuliah, dia ambil setelah kegiatan belajar mengajar usai.
Dan selang empat tahun kemudian dirinya bisa meraih sarjana.