Setelah menunggu di tempat tersembunyi dekat tempat pemandian itu, Mamanua akhirnya mendengar bunyi angin ribut dari arah timur.
Bunyi angin itu semakin lama semakin mendekat.
Saat itu juga tampak sekelompok burung balam putih berjumlah sembilan ekor di tempat pemandian.
Kesembilan ekor burung itu kemudian berubah menjadi sembilan putri cantik bersayap putih.
Selanjutnya sembilan putri itu melepas sayap mereka dan mandi di kolam itu.
Lantaran penasaran dan rasa cinta pada putri-putri itu, Mamanua langsung menyembunyikan salah satu sayap putih itu.
Celaka, sayap putri bungsu hilang sehingga ia tidak dapat terbang kembali kekayangan.
Para putri lain pun tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong adik mereka yang bernama Lumalundung.
Mamanua kemudian datang membujuk Lumalundung untuk tinggal bersamanya.
Mamanua kemudian memperistrikan Lumalundung dan memperoleh anak yang diberi nama Walansendow.
Baca juga: Pangdam XIII/Merdeka Cek Kesiapan 450 Personil Yonif Raider ke Papua: Ciptakan Situasi Kondusif
Baca juga: Berantas Mafia Tanah, BPN Sulawesi Utara Bangun Komunikasi 4 Pilar dengan Sejumlah Stakeholder
Waktu terus berjalan, suatu ketika saat Lumalundung sedang menyusui Walansendow, Mamanua melihat banyak kutu di kepala istrinya.
Tanpa disuruh, Mamanua langsung mencari kutu, bahkan mencabut tiga helai rambut Lumalundung.
Sebenarnya hal ini tidak boleh terjadi karena merupakan pantangan bagi Lumalundung. Bekas rambut yang tercabut itu langsung mengeluarkan darah tanpa henti.
Mamanua bingung langsung berlari keluar rumah. Nah di saat itu Lumalundung menemukan sayapnya yang hilang. Lumaundung langsung memakainya dan terbang ke angkasa.
Kepergian Lumalundung merupakan suatu kesedihan yang mendalam bagi Mamanua dan Walansendow.