Tragedi di Stadion Kanjuruhan

Inilah Cerita Kiper Arema FC soal Tragedi Kanjuruhan, Dikelilingi Suporter yang Memeluk dan Memukul

Editor: Tirza Ponto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah Cerita Kiper Arema FC soal Tragedi Kanjuruhan, Dikelilingi Suporter yang Memeluk dan Memukul

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kesaksian para suporter dan pemain di tempat tragedi maut di Stadion Kanjuruhan terungkap.

Momen pilu ini tentunya akan terus terekam dalam benak bagi mereka yang berhasil pulang dengan selamat.

Ada pemain Arema FC bahkan masih terus dihantui rasa bersalah bahkan trauma akibat tragedi yang memakan ratusan korban jiwa itu.

Baca juga: Cerita Pilu Pemain Arema FC, Tak Bisa Tidur, Terus Menangis, Ada Rasa Bersalah Menghantui

Pada Senin (3/10/2022) siang, pelatih Arema FC, Kuncoro (kiri), dan Adilson Maringa (kanan) berdoa serta tabur bunga untuk korban tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai laga pekan 11 Liga 1 2022-2023 melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Kiper Arema FC Adilson Maringa menceritakan pada kekasihnya Tiphaine Poulon mengenai detik-detik sebelum Tragedi di Stadion Kanjuruhan terjadi.

Adilson Maringa pun mengaku ternyata sempat dipukul oleh oknum Aremania sebelum akhirnya bisa diamankan ke ruang ganti.

Diketahui usai kekalahan 2-3 Arema FC Vs Persebaya, beberapa suporter Arema memasuki lapangan.

Menurut cerita Maringa pada Tiphaine, Maringa mengaku sempat dipukul oknum suporter karena pemain asal Brasil itu dinilai gagal menjaga gawang Arema FC hingga kalah dari Persebaya.

“Dia bercerita, setelah tim meminta maaf ke suporter di tengah lapangan kemudian saat itu tim sudah mulai mundur untuk masuk ke ruang ganti, tapi Maringa masih ketinggalan sedikit di belakang dan tiba tiba ada satu dua tiga suporter yang datang mau peluk dia, tapi empat lima sampai 20 orang tidak mau peluk tapi justru memukul perut Maringa dan mengeluarkan kata-kata kasar serta kotor,” kata Tiphaine Poulon, Selasa (4/10/2022).

Baca juga: Sergio Silva Ceritakan Momen Ngeri Tragedi Kanjuruhan, 5 Jam Terkurung di Ruang Ganti

Kiper Arema FC Adilson Maringa didatangi sejumlah suporter Arema FC usai kekalahan dari Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. (via Tribun-Timur.com)

Setelah mulai tak kondusif dan diserbu puluhan Aremania, hingga ada yang memukul perutnya, Maringa yang tak bisa banyak berkutik langsung dibantu pihak kepolisian untuk masuk ke ruang ganti.

“Dia tidak bisa berbuat banyak, padahal dia juga ingin peluk suporter yang memeluknya. Kemudian polisi datang untuk bantu dia dan masuk ke ruang ganti pemain,” jelasnya.

Pemain Arema FC Shock

Hingga kini pemain Arema FC masih memilih untuk tutup mulut dan tak ingin menceritakan kronologi kejadian yang terjadi pada malam itu.

Kiper Arema FC, Adilson Maringa hanya menceritakan kesedihan yang dirasakannya, setelah datang ke rumah korban meninggal.

Menurutnya ini adalah kenangan paling menyedihkan selama ia menjadi pemain sepak bola baik di luar maupun dalam negeri.

“Ini adalah hari yang menyedihkan dalam sejarah sepak bola dan dalam karir saya, yang akan saya kenang selamanya,” kata Adilson Maringa, Selasa (4/10/2022).

“Kami juga mengunjungi keluarga korban, menangis dan merasakan sakit bersama mereka. Jujur saya masih shock dengan apa yang terjadi kemarin,” tambahnya.

Sebelumnya Maringa juga menceritakan pada kekasihnya, jika dia mengalami pemukulan dibagikan perut yang dilakukan oknum suporter ketika berada di tengah lapangan usai Arema FC kalah dari Persebaya.

Namun itu sudah tak ia pikirkan dan rasakan, karena duka dan sakit yang dirasakannya lebih besar ketika melihat banyaknya suporter meninggal dunia karena gas air mata.

Pemain Arema FC, Tak Bisa Tidur, Terus Menangis, Ada Rasa Bersalah Menghantui

Salah satu sosok pemain Arema FC yang berada di tempat kejadian adalah Muhammad Rafli.

Baca juga: Abel Camara Ungkap Momen & Kronologi Mencekam Tragedi Kanjuruan, Lihat 8 Orang Tewas di Ruang Ganti

Muhammad Rafli pemain Arema FC merasa bersalah atas tragedi Kanjuruhan (SURYAMALANG.COM/Purwanto/Instagram @aremafcofficial)

Pemain Arema FC merasa bersalah atas tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter Aremania.

Rasa bersalah atas kematian ratusan suporter Aremania ini membuat Muhammad Rafli dan pemain Arema FC lainnya tak tenang dalam menjalani hari-harinya.

Hal ini diungkap oleh Laras Carisa, istri dari Muhammad Rafli.

"Di saat semua memperdebatkan siapa yang salah, ada pemain yang diam-diam merasa bersalah. " Tulis Laras Carissa dalam instagram pribadinya

Ia menyebutkan bahwa para pemain Arema FC terngiang-ngiang dengan kekalahan dan berandai jika laga itu berhasil dimenangkan, mungkin tak akan ada korban jiwa yang berjatuhan.

Unggahan pilu istri Muhammad Rafli (Instagram @larascarisa)
"Kalau saja kemarin kami menang, pasti hal ini tidak terjadi dan tidak akan ada korban jiwa," Pernyataan yang terus terulang di otak kami.

Ada para pemain yang tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, terus terusan menangis dan tidak bisa beraktivitas karena perasaan bersalah yang menghantui."

"Menyaksikan puluhan hingga ratusan korban jiwa bergelatakan di Stadion pasti sangat traumatis, beberapa dari kamipun ikut bantu evakuasi, tetapi rasa bersalah dari kami tidak berhenti membumbui pikiran hingga perasaan hancur lebur.

Tidak ada yang mengharapkan kekalahan namun lagi dan lagi, tidak ada sepak bola seharga nyawa manusia.

Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga korban tenang di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan." tulis Laras Carissa.

Artikel ini tayang di Surya.co.id TribunManado.co.id

Baca Berita Tribun Manado disini:

https://bit.ly/3BBEaKU

 

Berita Terkini