Tetapi Tuhan bertanya kembali, supaya Elia sadar bahwa kerja pelayanannya adalah milik Tuhan dan Tuhan tidak pernah meninggalkan dia. Kesadaran pada panggilan Tuhan harusnya membuat Elia fokus kepada Tuhan, bukan menjadikan dirinya populis dan merasa kuat dalam kerja pelayanannya.
TUHAN hadir dengan berfirman (Ibr: davar = firman) dan memberikan semangat serta memperkuat iman Elia yang sedang merasa sendiri dan sepi membuatnya depresi. Di Gunung Horeb Allah memanggil Elia untuk menyaksikan peristiwa alam, yaitu angin besar (Ibr. suf atau se’ara), gempa bumi (Ibr.Ra’ash Shevi’it), dan api (Ibr. ‘esy), tetapi Tuhan tidak ada di dalam semua peristiwa itu.
Dengan peristiwa alam itu, Elia diingatkan untuk kembali pada pelayanan yang dimaksudkan Tuhan dan mengikuti perintah-Nya serta fokus pada pelayanan yang disiapkan Tuhan baginya, yaitu: mengurapi Hazael sebagai Raja Siria (Aram), mengurapi Raja Israel yang baru, yaitu Yehu putra Nimsi dan mengangkat penggantinya, Elisa putra Safat.
Pelayanan yang Tuhan kehendaki dari Elia, tetapi juga tiga orang tokoh ini, sekalipun berbeda tugas dan wataknya, akan menyatu dalam merendahkan dan mempermalukan keturunan Ahab serta memberitakan firman Allah kepada kaum sisa yang benar (7000 orang). Pengurapan Elia bagi ketiga tokoh di atas adalah sebuah proses regenerasi yang diberkati oleh Tuhan dan Tuhan yang memilih dan menetapkan, Tuhan juga yang memproteksi orang piihanNya.
Bagian ini juga merupakan penghiburan bagi Elia dan menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan terus menerus dosa Ahab dan Izebel. Kata ‘Aku’ dalam ay 18 menunjukkan bahwa adanya ‘remnant’ sisa) yang setia (7000 orang) kepada Tuhan merupakan pekerjaan Allah sendiri dan untuk menunjukkan bahwa pelayanan Elia tidak sia-sia. Angka “tujuh” melambangkan kesempurnaan. Meskipun tujuh ribu bukan jumlah yang besar, Elia diyakinkan bahwa ia tidaklah sendirian dalam mengimani Allah.
Makna dan Implikasi Firman
Setiap orang percaya terpanggil untuk melayani Tuhan dan pekerjaan pelayanan yang kita lakukan adalah milik Tuhan. Jika keasadaran ini selalu ada, maka kita tidak akan menjadikan diri sebagai kebanggan dalam pelayanan, yang dapat membuat kita mencuri kemuliaan Tuhan.
Sebagai seorang pelayan Tuhan, hendaklah kita melakukan kerja pelayanan seperti yang Tuhan mau, jangan mudah putus asa, menyerah pada keadaan atau hanya memikirkan diri sendiri. Fokuskan pelayanan kita kepada Tuhan, dengan melayani Tuhan secara baik dan benar, rendah hati, tulus hati, bersukacita dan tetap menjadi berkat.
Ketika Tuhan memilih kita, Tuhan pasti menyertai, menguatkan dan menopang di setiap aras hidup, karya dan pelayanan kita.
Fokus kepada Tuhan membuat orang tidak memikirkan diri sendiri dan tidak menjadikan dirinya menjadi alamat kekaguman, sehingga orang lain hanya memandang dia dan tidak lagi memandang kepada Tuhan.