Smaoai 1960, Watuseke (penulis), masih memisahkan cerita sebagai mite dengan asal usul bangsa Minahasa dari teori migrasi. Tahun 70 - an program Dikbud hingga becampur baur mite dan terori migrasi itu.
Apa fenomena yang berkembang ?
Ketika bahwa ada keinginan terus mencari tahu. Ada semacam ketidakpercayaan diri. Kenapa asal usul tidak historis tidak bisa dibuktikan. Dalam ilmu pengetahuan pengaruh positifisme nanti ada bukti baru bisa itu disebut kebenaran. Selagi itu masih dalam bentuk keyakinan bukan kebenaran.
Rupanya berkembang juga sehingga muncul upaya memunculkan historisitas tapi tidak bisa dibuktikan. Ada upaya itu hak dari orang selagi menggunakan metode ilmiah, semata - mata dalam rangka memantapkan kebudayaan Minahasa. Persoalan klaim, ada banyak cerita, isitilahnya satu dalam keragaman keragaman dalam satu.
Apa dikemudian hari muncul penelitian baru tidak mengancam cerita yang lama?
Itu juga tergantung pendapat orang l, masa depan suatu kaum segi tertentu mengatakan adanya keragaman mengancam identitas, tapi ada orang merayakan keragaman itulah Minahasa.
Bagaimana pengaruh peralihan tradisi lisan ke tulisan?
Ada satu perubahan besarperalihan tradisi lisan ke tulisan. Era Lisan itu sakral, tempatnua adalah ritual. Di era tulisan yakni berkembangnya kekristenan tinggal jadi teks biasa saja. Tidak bagian ruang sakral.
Apa makna ritual mengkisahkan lewat nyanyian?
Ritualnitu dinyanyikan, itu juga jadi ciri nyanyian Minahasa menceritakan dalam bentuk nyanyian, disebut Makaruyen. Berfungsi tidak sekadar untuk didengar, tapi untuk dihayati. Membawa orang pada pengalaman spiritual. Kalau bicara darah? Orang bilang zo malimbuku, tidak relevan. Kalau kita menggali makna sastra tua akan bertahan lama.
Pengalaman meneliti, masih adakah tradisi nyanyian ritual Minahasa?
Saya termasuk pariltisipan budaya sejak 2007 saya melihat masih ada melakukan praktek itu. Kemudian upaya menghidupkan kembali, itu juga bagian generasi selanjutnya merevitalisasi .
Sampai tahun 80- an masih bnayak dik ampung kampung ritual ini, namun gencarnya zendeling memusuhi, maka orang yang punya pengetahuan ritual itu lari ke hutan, hidup menyendiri karena sudah tidak bebas mempraktekan itu.
Awal abad 20 sudah ada gereja, sekolah, jemaat hampir semua masyarakat beragama kristen, yang masih melakukan tradisi walian akan merasa dikucilkan, terasa terisolir sehingga praktek ini hampir hilang.
Menariknya mungkin karena abah flu Spanyol 1910, ada beberapa negeri membuat ritual negeri, padahal sudah cukup gencar zedeling aktif dalam pengjnjilan, tapi di dekade pertama abad 20, tiba- tiba muncul maka disitu ritual ini terwariskan. Unsur keterkaitan leluluhur penting dari Toar Lumimuut.