"Saya sangat senang," kata Jenkins sambil tersenyum.
Saat itu, Jenkins mengenakan jas dan dasi gelap, sementara di kerahnya ada pin bertuliskan gambar Kim Il Sung, pendiri Korea Utara.
Dua bulan kemudian, pada September 2004, Jenkins muncul di Kamp AD Amerika Serikat di sisi barat Tokyo dengan mengenakan seragam militer lengkap.
Kemudian pada November 2004, Jenkins mengaku bersalah telah melakukan disersi dan membantu musuh.
Dia pun mendapatkan hukuman 30 hari kurungan, dipecat dengan tidak hormat dari kemiliteran, dan kehilangan semua hak serta tunjangannya sebagai personel militer AS.
Setelah dibebaskan dari hukuman pada akhir November, dia tinggal bersama istri dan putrinya di Pulau Sado.
Dan pada 2008, Jenkins mendapatkan status penduduk tetap di Jepang.
Berbicara tentang aksinya membelot ke Korea Utara, dalam buku memoarnya 'The Reluctant Communist: My Desertion, Court-martial, and 40-year Impronment in North Korea' ia mengaku punya alasan logis untuk aksinya itu.
"Saya tahu saat itu saya tak berpikir jernih dan banyak keputusan saya tak masuk akal jika dilihat saat ini.
"Namun, satu itu ada alasan logis yang membuat perbuatan saya tak terhindarkan," kata Jenkins dalam buku memoarnya.
Terungkap, begitu menyeberang perbatasan, Jenkins dan ketiga orang lainnya langsung mendapat pelecehan. Mereka ditahan di sebuah ruangan selama delapan tahun.
Jenkins dan ketiga orang lainnya juga dipaksa menghapal buku ideologi karya Kim Il Sung, pendiri Korea Utara.
Mereka langsung mendapatkan pukulan saat melakukan kesalahan dalam menghapal isi buku karya Kim Il Sung itu.
Keempat pembelot itu sempat meloloskan diri pada 1966 dan meminta suaka kepada kedutaan besar Uni Soviet di Pyongyang, namun permohonan mereka ditolak.
Setelah indoktrinasi selama enam tahun itulah, keempat pembelot AS kemudian mendapatkan kewarganegaraan Korea Utara, juga sejumlah pekerjaan.