Info Kesehatan

Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Merokok Masih Jadi Penyebab Utama Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Editor: Shity Nurjanah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tak Banyak Yang Tahu, Ternyata Merokok Masih Jadi Penyebab Utama Penyakit Paru Obstruktif Kronis

TRIBUNMANADO.CO.ID - Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Merokok Masih Jadi Penyebab Utama Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Bahaya merokok bagi kesehatan rasanya sudah jadi hal yang diketahui secara umum.

Bahaya merokok juga tidak terbatas pada orang yang merokok saja.

Mereka yang terpapar asap rokok atau secondhand smoker juga merasakan dampak buruknya.

WHO menyebut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia.

Tiga juta kematian dunia pada tahun 2019 disebabkan oleh merokok.

Spesialis Kardiovaskular Dr. Arto Yuwono Soeroto mengatakan, PPOK memiliki gejala keluhan saluran pernapasan yang menetap seperti batuk berdahak, sesak nafas.

Gejala pernapasan tersebut bersifat menetap dan progresif yang disebabkan karena adanya kerusakan saluran napas pada gelembung alveolus atau kantung udara kecil di dalam paru-paru yang menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.

''Kerusakan tersebut disebabkan oleh pajanan dengan gas atau partikel berbahaya seperti merokok dan polusi,'' katanya pada konferensi pers secara virtual, Selasa (23/11/2021).

Ilustrasi batuk (medicalnewstoday.com)

Tahun 2020, Global initiative for Chronic Obstructive Lung Disease memperkirakan secara epidemiologi di tahun 2060 angka prevalensi PPOK akan terus meningkat karena meningkatnya jumlah angka orang yang merokok.

Di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013 prevalensi PPOK mencapai 3,7 persen atau sekitar 9,2 juta jiwa yang mengalami PPOK.

PPOK bukan termasuk penyakit menular, PPOK adalah penyakit paru obstruktif yang dapat diobati, sehingga tatalaksananya lebih diupayakan pada pencegahan perburukan gejala maupun fungsi paru.

 PPOK disebabkan karena adanya korelasi erat antara paparan partikel atau gas berbahaya yang signifikan dan meningkatnya respons utama pada saluran napas dan jaringan paru.

Halaman
12

Berita Terkini