Erastus Sabdono

Kisah Erastus Sabdono, Pendiri Jemaat Rehobot Ministry, Tak Sepaham dengan Teologi Kemakuran

Editor: Rhendi Umar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Profil Erastus Sabdono, Pengkritik Ajaran Teologi Kemakmuran, Setia Melayani dari Gereja Kecil

Pada 1987, Erastus Sabdono belajar melayani di sebuah gereja kecil dengan jumlah jemaat hanya belasan orang di Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan bernama GBI Rehobot.

Ia menjadi gembala sidang dan mengembangkan gereja tersebut.

Awalnya perkembangannya tidak terlalu cepat, karena ia juga masih harus melayani di beberapa tempat, di antaranya menjadi pembicara utama di GBI Tiberias serta mengajar sebagai dosen dan pernah menjadi ketua STT Bethel Indonesia pada 2005–2009.

Pada 2000, ia pun memutuskan untuk keluar dari GBI Tiberias dan memfokuskan diri di GBI Rehobot. Gereja tersebut berkembang menjadi Rehobot Ministry[5] dan kini terdiri dari 8 wilayah gereja lokal dengan 9 tempat ibadah di Jakarta dan Bekasi dengan sekitar 12 ribu orang anggota jemaat.

Namun khotbah dan pengajarannya melalui berbagai media seperti televisi, radio, YouTube dan podcast sudah menjangkau ratusan ribu orang.

Perkembangan selanjutnya, pada 2018 Erastus Sabdono mendirikan sinode Gereja Suara Kebenaran Injil.

Menjadi Pendeta

Pada tahun 1987, dia dan kawan-kawan belajar melayani di sebuah jemaat kecil yang dikenal sebagai gereja gubuk reot berukuran 10x5 meter di Perdatam, Kalibata, Jakarta Selatan.

Jemaatnya hanya belasan orang. Ibadah pujian dan penyembahannya hanya diiringi gitar dan ketipung. Gereja kecil itu adalah GBI Rehobot.

GBI Rehobot tersebut pun dilanjutkannya hingga terus berkembang. Walaupun pada awalnya perkembangannya tidak terlalu cepat kerena dia juga masih harus melayani di beberapa tempat di antaranya menjadi salah seorang pembicara utama di GBI Tiberias,

bahkan sebagai dosen dan sempat menjabat sebagai rektor di Seminari Bethel.

Di Seminari Bethel tersebut dia mengabdi selama 21 tahun. Sehingga, kala itu, dalam satu minggu dia berkhotbah hingga 8 kali, tetapi hanya satu kali di Rehobot.

Kemudian, dia mengambil keputusan bertobat sebagai pendeta dan keluar dari Tiberias, untuk konsentrasi di Rehobot, sekaligus belajar bagaimana menyelenggarakan gereja sesuai dengan pola Alkitab.

Suara hati pertobatannya sebagai pendeta dituangkannya dalam lirik lagu: "Di jalan itu kusesat, di rimbun rimba keputusanku/ Apa yang kupandang baik, ternyata timbunan ambisi/Di ujung hatiku nyeri meradang, duka sesalnya hati/Kulukai perasaan dan abaikan isi hati-Mu."

Sejak 1987, dia menggembalakan jemaat Tuhan di Gereja Bethel Indonesia Rehobot, Jl. Sarinah I/7 Jakarta Selatan.

Halaman
123

Berita Terkini