TRIBUNMANADO.CO.ID - Kabar terbaru sidang kasus pembunuhan enam Laskar Front Pembela Islam (FPI) di Km 50, digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Senin (18/10/2021).
Dua terdakwa yakni anggota Kepolisian Polda Metro Jaya. Keduanya adalah, Briptu Fikri Ramadhan dan Ipda Mohammad Yusmin Ohorella hadir dalam sidang.
Keduanya didakwa jaksa, sebagaimana telah melakukan pembunuhan secara sengaja dan penganiayaan yang mengakibatkan kematian.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Zet Tadung Allo dalam dakwaannya mengungkapkan mulanya Ipda Elwira Priadi (almarhum) melakukan tembakan mematikan ke arah mobil Chevrolet yang ditunggangi 6 anggota FPI yang melarikan diri di sekitar jembatan Badami Jalan Interchange Kabupaten Karawang, Jawa Barat 7 Desember 2020.
Dalam peristiwa itu, Fikri dan Yusmin turut melakukan penembakan tanpa memperkirakan akibat yang ditimbulkan.
"Ipda Mohammad Yusmin Ohorella yang berada di atas mobil Avanza warna silver Nomor Pol. K 9143 EL turut serta melakukan dengan sengaja merampas nyawa orang lain dengan cara melakukan penembakan tanpa memperkirakan akibatnya bagi orang lain," kata Zet dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Senin (18/10/2021).
"Ipda Mohammad Yusmin Ohorella melakukan penembakan beberapa kali yang diikuti oleh terdakwa turut melakukan penembakan dengan senjata api CZ C063937 KAL 9 MM ke arah penumpang yang berada di atas mobil anggota FPI yang duduk jok tengah," tambah Zet.
Akibat tindakan itu, dua anggota FPI atas nama Faiz Ahmad Syukur dan satu orang lainnya ditemukan sudah dalam keadaan meninggal di Rest Area KM 50.
Selain itu, Fikri juga ikut menembakkan peluru tajam ke anggota FPI, M. Reza dan Muhammad Suci Khadavi Poetra saat membawa 4 anggota Laskar itu ke Polda Metro Jaya.
Tindakan ini Fikri lakukan setelah melakukan tembakan mematikan ke beberapa anggota FPI itu terlebih dahulu.
Menurut Zet, Fikri melakukan penembakan dalam jarak yang sangat dekat. Bahkan proyektil yang ia tembakkan tembus ke pintu bagasi.
"Terdakwa tanpa rasa belas kasihan merampas nyawa orang lain dengan cara melakukan penembakan kembali tanpa memperkirakan akibatnya bagi orang lain,
lalu membalikkan badannya ke arah belakang sambil berlutut di kursi pada jarak hanya beberapa senti meter saja dari M. Reza (almarhum) maupun Muhammad Suci Khadavi Poetra (almarhum)," terang Zet.
"Senjata api yang ada di tangannya langsung menembakkan peluru tajam ke tubuh M. Reza (almarhum) sebanyak 2 (dua) kali dan tepat mengenai sasaran yang mematikan yaitu di dada kiri M. Reza (almarhum) sehingga dengan seketika tidak berdaya, sampai-sampai proyektil peluru tajam tersebut tembus ke pintu bagasi," tambahnya.
Kontras Kritik Tersangka Kasus KM 50 Laskar FPI Tak Ditahan