Diakui oleh Chambali bahwa sebelumnya telah ada jadwal eksekusi sekaligus nama-nama calon korban dari kantor kecamatan yang diberi komando resor militer.
Chambali menceritakan pada malam pertama tidak langsung menjadi eksekutor.
"Saya ingat kami diajak rombongan Musyawarah Pimpinan Kecamatan Rengel menuju sebuah perbukitan", kata Chambali.
Chambali diajak di perbukitan yang berada di Jurang Watu Rongko, sekitar tiga kilometer arah barat Kota Kecamatan Rengel.
Lokasinya yang berada di hutan dengan kondisi gelap jauh dari pemukiman.
Saat tiba di lokasi, Chambali melihat sudah ada puluhan orang berjejer di tepi jurang dengan tangan terikat di belakang.
Setelah itu, Chambali dan temannya berbaris.
Beberapa menit kemudian, Chambali menuturkan seseorang datang kemudian berbicara cukup lantang.
Di sekitar (menurut kesaksian Chambali) datang juga beberapa orang perwakilan dari kantor camat, koramil, dan kantor Polsek Rengel.
Orang yang bicara lantang tersebut kemudian mengatakan bahwa mereka yang diikat ini adalah musuh negara sekaligus membahayakan agama.
Selanjutnya, seorang pemuda dari Kecamatan Soko, Tuban maju sambil menghunus pedang mendekati tawanan yang berada di paling depan barisan.
Pemuda itu membuat pertanyaan:
"Sampeyan ameh tak pateni. Sak durunge takpateni, opo sampeyane nekpesen. Nek sampeyan wong Islam, moco syahadat disik."
(Anda hendak saya bunuh. Tapi, sebelum saya bunuh, apakah Anda punya pesan. Kalau Anda orang Islam, baca kalimat syahadat dulu).
Chambali menuturkan bahwa pertanyaan itu dijawab dengan gagah oleh anggota PKI tersebut: