TRIBUNMANADO.CO.ID - Terkait kabar pimpinan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) telah meninggal dunia.
Pimpinan MIT ini dikabarkan tewas setelah aparat TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Madago Raya berhasil melumpuhkannya.
Terkait hal tersebut berikut fakta-fakta tewasnya pimpinan Mujahidin Indonesia Timur, Ali Kalora.
Baca juga: Wali Kota Tewas Alami Kecelakaan Mobilnya Tabrakan dengan Pikap, Padahal Baru 40 Hari Menjabat
Baca juga: Inilah Harapan Noni Sulut Blessy Tangel untuk Sulawesi Utara 10 Tahun ke Depan
Baca juga: Manchester United Tak Difavoritkan Juara Liga Inggris Musim 2021/2022, Ini Kata Pengamat
Seperti diberitakan sebelumnya, Satgas Madago Raya berhasil melumpuhkan 2 teroris dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Mereka adalah Ali Kalora yang merupakan pimpinan dari MIT sepeninggal Santoso.
Kemudian pengawalnya yang bernama Jaka Ramadhan alias Ikrima.
Diketahui MIT sering menebar teror di daerah Kabupaten Poso, Sigi dan Parigi Moutong.
Kronologi penyergapan
Kapolda Sulteng, Irjen Pol Rudy Sufahriadi membeberkan kronologi penyergapan dari 2 teroris MIT ini.
Keduanya berhasil dilumpuhkan pada Sabtu (18/9/2021) pukul 18.00 WITA oleh aparat TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Madago Raya.
Sedangkan lokasinya berada di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Ali Kalora dan Ikrima tewas saat terjadi baku tembak dengan petugas.
Rudy mengatakan, keduanya sudah terpisah dari kelompok teroris Poso lainnya.
"Hanya mereka berdua, terpisah sudah berapa bulan," kata Rudy, dikutip dari TribunPalu, Senin (20/9/2021).
Ada bom yang meledak
Rudy melanjutkan, penyergapan ini diawali dengan adanya informasi intelijen mengenai keberadaan Ali Kalora dan pengawalnya Jaka Ramadhan yang terpisah dengan 4 daftar pencarian orang (DPO) lainnya.
”Diawali kegiatan intelijen kita mendapatkan informasi baik secara manual maupun IT bahwa keberadaan 2 DPO yang terpisah dari kelompoknya 4 (orang) berada di sekitar Torue, Desa Astina,” kata dia.
Merespons hal itu, Satgas Madago Raya kemudian sepakat melakukan penangkapan.
Tim kemudian dibagi dalam beberapa kelompok sesuai pos yang telah ditetapkan.
"Polda Sulteng sudah berada di posnya masing-masing. Yang kedua Batalion 714 juga ikut beroperasi dan sudah ada di posnya yang sudah kami bagikan sektor-sektornya," kata Rudy.
Rudy tidak menjelaskan teknis operasi ini secara lebih rinci.
Namun menurutnya, operasi ini telah mengikuti prosedur operasi standar (SOP).
"Secara teknik saya tidak akan menceritakan bagaimana kemudian 2 DPO ini berhasil dilumpuhkan, karena operasi inteligen yang bagus, karena kegiatan yang baik untuk penindakan dilakukan penindakan tentunya dengan SOP standar yang berlaku bagi TNI Polri di Satgas Madago Raya ini," jelasnya.
Rudy mengatakan, aparat gabungan TNI-Polri sempat terlibat baku tembak dengan Ali Kalora dan Jaka Ramadhan.
Dalam baku tembak itu juga ada bom yang meledak.
”Baku tembak itu meledak di Jaka Ramadhan. Ini ada bekas bomnya meledak ini. Entah dia ingin melempar atau ingin bunuh diri," ucap Rudy.
Ada 46 barang bukti
Rudy melanjutkan penjelasannya, dari lokasi TKP Satgas Madago Raya berhasil mengamankan 46 barang bukti.
Benda-benda tersebut milik dari Ali Kalora dan pengawalnya
"Ini barang buktinya, kedua jenazah sudah di rumah sakit Polri di Palu," imbuh Rudy, dikutip dari TribunPalu.
Dari gelaran rilis yang dilakukan Satgas Madago Raya pada Minggu (19/9/2021) siang, terungkap barang bukti beraneka ragam.
Seperti senjata laras panjang jenis M16 sudah berkarat.
Di bagian popornya, tampak lilitan tali dan sedikit retak di pegangan pematiknya.
Senjata itu berdebu serta tali masih dilengkapi dengan amunisinya.
Jumlah proyektil sebanyak 9 butir.
Kemudian petugas juga berhasil mengamankan 2 bom berjenis tarik dan bakar.
4 teroris MIT masih diburu
Pasukan TNI-Polri tergabung dalam Operasi Madago Raya terus memburu sisa-sisa kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Operasi pengejaran dipimpin langsung Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Irjen Rudy Sufahriadi sekaligus penanggung jawab Satgas Madago Raya.
Satgas Madago Raya sebelumnya berhasil menembak mati pimpinan MIT Poso Ali Kalora bersama satu anak buahnya yakni Jaka Ramadhan.
"Kami akan terus melakukan pengejaran terhadap empat orang kelompok MIT. Kami memastikan tidak ada lagi pimpinan MIT setelah Ali Kalora," ujar Kapolda Irjen Rudy, dikutip dari TribunPalu.
Dengan tewasnya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan, kelompok teroris MIT Poso diketahui kini tersisa empat orang.
Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae Alias Galuh alias Mukhlas, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Jenazah Ali Kalora dibawa ke Palu
Jenazah Ali Kalora beserta pengawalnya di bawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palu.
Petugas yang membawa kedua teroris MIT tiba pada Minggu (19/9/2021).
Lokasi dijaga oleh kepolisian bersenjata lengkap.
Juga terdapat Provos Polda Sulteng dan personel TNI untuk berjaga di depan kamar jenazah.
Jenazah panglima Teroris Poso Ali Kalora tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Minggu (19/9/2021) Pukul 04.00 WITA.
Mayat Ali Kalora tiba bersama mayat DPO teroris lainnya yang diduga bernama Jaka Ramadhan.
Ambulan yang membawa mayat keduanya dikawal personel Brimob bersenjata lengkap.
"Sudah dievakuasi dan tiba jam 4 subuh di RS Bhayangkara," ujar Waksatgas Humas Operasi Madago Raya, dikutip dari TribunPalu.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunPalu/Ketut Suta/Fandy Ahmat)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com