Bahkan proses pemakaman burung ini tidak dilakukan sembarangan, tetapi pihaknya juga menggelar prosesi upacara kecil ala Hindu Bali.
"Kemarin sudah dikuburkan, rencananya mau dibakar tapi tidak dikasi oleh jro mangku, akhirnya dikubur. Sempat juga kami buatkan upacara kecil. Karena saking banyaknya, maka masih ada beberapa yang tercecer tidak sempat dikuburkan," ujarnya, Jumat (10/9/2021), dikutip dari Tribun Bali.
Ari mengungkapkan, di areal pemakaman ini dihuni oleh dua jenis burung.
Namun mereka hingga di pohon yang berbeda.
Yakni, pohon asem ditinggali burung Pipit dan pohon kepah ditinggali burung Sangsiah.
Di mana yang gugur ini semuanya adalah burung yang tinggal di pohon asem.
Hal tersebut dikarena daun pohon asem relatif jarang dan kecil, sehingga tidak sanggup melindungi burung dari guyuran hujan lebat yang terjadi selama lima jam.
Baca juga: Usai Hujan Ribuan Burung Gereja Jatuh ke Tanah di Blahbatuh Gianyar, Ini Pemicunya
Sementara burung yang tinggal di pohon kepah, bisa selamat karena daunnya lebat dan besar.
Namun Ari menegaskan, meskipun Kamis kemarin ribuan burung Pipit telah mati, namun jumlah burung Pipit yang tinggal di sana masih banyak.
"Mereka masih banyak, biasanya jam 6 sore mereka datang habis mencari makan. Ribuan burung ini sudah sekitar 10 tahun tinggal di sini, mungkin karena area sini dekat sawah."
"Dulu jumlahnya tidak sebanyak sekarang, mungkin karena banyak pohon yang sudah ditebang, makanya mereka pindah ke sini," tandasnya.
3. Diduga karena Tak Kuat Cuaca Esktrem
Matinya ribuan burung Pipit di kuburan Banjar Sema diduga karena burung-burung tersebut tidak kuat dengan cuaca ekstrem saat hujan deras mengguyur.
Hal itu diungkap oleh Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar, Made Santiarka.