Kendati demikian, Khairul menilai Yudo tak memiliki pendukung kuat untuk menjamin dirinya terpilih sebagai Panglima TNI.
Sedangkan Andika, dinilainya punya pendukung sekaligus penghalang yang kuat, yaitu sang ayah mertua, Hendropriyono, serta pernyataan sejumlah politisi dan tokoh.
"Sementara Andika Perkasa memiliki endorser kuat sekaligus barrier (penghalang)."
"Melalui sosok ayah mertuanya, Hendropriyono, maupun dari beragam pernyataan dukungan dari sejumlah politisi dan tokoh," ungkapnya.
Soroti Dukungan Anggota DPR
Beberapa waktu lalu, Khairul sempat menyoroti dukungan anggota DPR pada Andika Perkasa.
Diketahui, anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDIP, Effendi Simbolon, meyakini Andika akan menjadi Panglima TNI selanjutnya.
Tak hanya itu, ia juga mengatakan Letjen Dudung Abdurachman akan menjadi pengganti Andika sebagai KSAD.
"Insya Allah dalam waktu dekat, Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI," kata Effendi kepada wartawan, Jumat (3/9/2021), dilansir Tribunnews.
Terkait hal ini, Khairul menilai dukungan pada kandidat Panglima TNI tersebut membuat suasana persaingan menjadi kurang sehat.
Ia mempertanyakan mengapa suara politisi lebih mengemuka di tengah perhatian pada upaya membangun profesionalisme TNI.
Namun, Khairul tak memungkiri jika pengangkatan Panglima TNI merupakan proses politik.
Tetapi, menurutnya DPR hanya bersikap setuju atau tidak, bukan menyuarakan nama tertentu untuk diusulkan.
"Justru aksi dukung mendukung inilah yang dapat membuat suasana menjadi kurang sehat," kata Fahmi saat dihubungi Tribunnews pada Jumat.
"Soal KSAD, itupun bukan wilayah politik DPR. Jika Presiden menghendaki Pak Dudung ya tinggal dilantik saja, tidak ada masalah," pungkasnya.