Citizen Reporter

Akademisi dan Budayawan Sulsel Dorong Lahirnya Perda Aksara Lontaraq

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pembicara Seminar Ranperda Aksara Lontaraq yang digelar di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat 27 Agustus 2021.

Laporan: Upi Asmaradhana
Panitia Festival Aksara Lontaraq - Koordinator AMSI Indonesia Timur

Sejumlah akademisi, budayawan, seniman, legislator hingga birokrat di Sulawesi Selatan sepakat mendorong lahirnya peraturan daerah atau Perda tentang Aksara Lontaraq. 

Perda tersebut bagian dari upaya penyelamatan warisan artefak terbaik Sulawesi Selatan yakni aksara lontaraq.

Hal tersebut mencuat pada seminar bertema Mewujudkan Ranperda Aksara Lontaraq Sebagai Penguatan Warisan Literasi Sulawesi Selatan, Jumat (27/08/2021). 

Acara ini digelar secara hybrid di Layanan Perpustakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Seminar ini menghadirkan pembicara Pakar Filologi dan Naskah La Galigo Unhas Prof Dr Nurhayati Rahman MS, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel Hasan Sijaya SH MH, dan Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarief Bando MM.

Pembicara lainnya adalah Ketua DPRD Sulawesi Selatan Andi Ina Kartika Sari SH MSi dan Asisten Administrasi Provinsi Sulsel Tautoto Tana Ranggina Sarongallo. 

Seminar ini dipandu moderator Rusdin Tompo seorang pegiat literasi dan juga penulis buku di Sulawesi Selatan.

Acara ini turut dihadiri Yudistira Sukatanya (kurator Festival Aksara Lontaraq), Syahriar Tato (budayawan) dan akademisi Unhas Dr Supa Atha'na.

Hadir pula Dr Ery Iswari (akademisi UNM), Prof Kembong Daeng dan beberapa budayawan dari berbagai latar belakang daerah yang secara khusus datang ke Makassar.

Di antaranya pembaca sastra daerah Dr Suradi Yasil, Syaril Daeng Nassa, dan Kelong Yuddin.

Kegiatan ini digelar sebagai bentuk menjaga warisan artefak terbaik Sulawesi Selatan yaitu aksara lontaraq.

Sebab dalam sejarah, tidak banyak bangsa di dunia yang memiliki aksara.

Karena itu doharapkan melalui festival yang dilakukan setiap tahun ini akan menjadi bagian dari upaya penyelamatan warisan dan nilai-nilai luhur masyarakat Sulsel.

Seminar nasional ini merupakan seminar aksara lontaraq yang kedua.

Pada 2020 lalu juga dilakukan seminar internasional aksara lontaraq yang dihadiri 11 negara dan diikuti 1.865 perserta.

Tahun kami fokus pada perda. Selanjutnya kami serahkan kepada DPRD Sulsel dan Gubernur Sulsel untuk mengawal rekomendasi tahun lalu.

Agar Perda Aksara Lontaraq itu bisa terwujud.

Diharapkan kedepan, melalui Perda Akasara Lontaraq, maka masyarakat Sulsel dari generasi ke generasi akan bangga dengan kebudayaan aksara lontaraq yang dimiliki.

Kita bermimpi saat seseorang masuk ke Sulsel yang pertama dia baca di ucapan selamat datang itu adalah tulisan akasara lontaraq.

Kita masuk di ruang perpustakaan, ruang pemerintah yang ada aksara lontaraq.

Maka orang-orang akan bangga dengan kebudayaannya sendiri dan orang-orang mau hidup untuk warisan leluhurnya.

Asisten Administrasi Tautoto Tana Ranggina Sarongallo mengatakan, Pemerintah Provinsi Sulsel mendukung penuh segala upaya pelestarian warisan budaya Sulawesi Selatan salah satunya Aksara Lontaraq.

"Dukungan ini sebagai salah satu cara memelihara dan melestarikan aksara lontaraq yang merupakan warisan budaya masyarakat Sulawesi Selatan," kata Tautoto yang membacakan sambutan Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiaman.

Ketua DPRD Sulsel Andi Ina Kartika Sari mengatakan, Festival Aksara Lontaraq merupakan sebuah kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.

Sebagai Ketua DPRD, ia memberi apresiasi dan mengatakan Ranperda Aksara Lontaraq akan menjadi tugas bersama mewujudkannya.

"Ranpeda ini adalah hal yang bisa menjadi bagian tugas sejarah dalam menjaga warisan budaya leluhur. Kami siap mengawalnya," kata Andi Ina yang tampil dengan busana adat daerah.

Andi Ina juga mengatakan, pihaknya akan membantu panitia agar Ranperda Lontaraq bisa menjadi agenda pembahasan pada 2022 mendatang.

Sehingga pada festival berikutnya Lontaraq sudah menjadi Perda di Sulsel.

Prof Nurhayati Rahman yang berbicara soal sejarah Aksara Lontaraq menilai, sudah saatnya masyarakat Sulsel bersatu padu memajukan Lontaraq.

"Sudah saatnya kita menepis segala perbedaan-perbedaan untuk menjaga dan melestarikan Aksara Lontaraq," ujar penulis I LagaliGo ini.

Moh Hasan Sijaya yang menjadi tuan rumah acara FALAQ berharap Lontaraq menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan.

Sudah Saatnya Lontaraq menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

"Kami sangat mendukung terciptanya Perda Aksara Lontaraq. Ia akan menjadi ciri khas dan kebanggan kita bersama," kata Hasan Sijaya.

Sejumlah penanya dan penanggap juga banyak yang merespon posiitf Perda Lontaraq tersebut.

Di sela-sela seminar ini juga dilakukan penyerahan buku Prof.Hj.Kembong Daeng kepada Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel Moh Hasan Sijaya.

Diketahui, seminar nasional ini merupakan salah satu dari kegiatan Festival Aksara Lontaraq (Falaq) yang digelar sejak Rabu 25 Agustus 2021 lalu.

Selain Seminar juga digelar sejumlah lomba. Di antaranya lomba Mewarnai Aksara Lontaraq bagi anak-anak usia dini dan lomba lagu daerah.

Ada juga Pameran Naskah Kuno Lontaraq, Pementasan Baca Puisi Empat Etnik, dan Pemilhan Duta Lontaraq 2021.(*)

Berita Terkini