Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya. Ketika beliau pindah ke Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh orang-orang untuk berpuasa.
Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa yang ingin, maka silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya.”
Selain puasa pada 9 dan 10 Muharam, ada pula ulama yang berpendapat adanya puasa sesudah 10 Muharam yakni pada 11 Muharam.
Di antara dalil yang menyatakan ini terdapat dalam hadis Ibnu Abbas.
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا
“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari." HR Ahmad no. 2153.
Kendati begitu, Syaikh Syu’aib dan Syaikh Al-Albani menghukumi hadits ini lemah.
Namun tentu saja bukan berarti berpuasa di 11 Muharam terlarang.
Puasa ini masih bisa dikerjakan karena termasuk pada bulan Muharam.
2. Memperbanyak Amalan salih
Seperti bulan mulia lainnya, di bulan Muharam juga dianjurkan memperbanyak Amalan salih.
Seperti Amalan ketaatan di antaranya, membaca Al Quran, berdzikir, mengerjakan salat malam hingga bersedekah.
3. Menjauhkan diri dari maksiat
Bulan Muharam juga merupakan bulan untuk menjauhkan dari kemaksiatan.
Pada bulan-bulan haram (suci), akan lebih besar dosanya dibanding dosa selain bulan haram.