TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Dengan kertas bertuliskan "mari jo vaksin" tergantung di dada, pria ini berjalan mondar mandir di tiap acara vaksinasi di pusat kota Manado.
Ia mengajak siapapun yang ditemui untuk divaksin.
Jika mulutnya lelah, jarinya main, dengan menunjuk tulisan di dadanya.
Berkulit legam, dengan rambut keriting dan tubuh bulat, membawa publik berimajinasi, dialah virus Covid 19 itu. Ia harus dimusnahkan.
Efeknya ngeri ngeri sedap. Sejumlah warga memandang benci dan mereka cepat cepat bergegas ke lokasi vaksin.
Peran antagonis tersebut dimainkan pria itu dengan tabah.
Pria itu bernama Yehezkiel. Sehari hari ia berdinas sebagai THL di Pemkot Manado.
Pekerjaan paling berat kerap dilakoninya.
"Masuk got dan selokan saya sering, saya tak peduli. Yang penting bisa hidup," kata dia kepada Tribun Manado Rabu (30/6/2021) di Pemkot Manado.
Biasa menanggung "kotoran", ia pun menerima tawaran menjadi "virus". Di matanya, itu pekerjaan mulia.
"Mengajak orang divaksinasi. Itu kerja mulia, saya sendiri sudah divaksin," katanya.
Menjadi virus sungguh tak enak. Ia kerap ditertawai, diledek, dianggap terlalu berlebih.
"Saya terima segala duka maupun ledekan orang dengan cinta dan harapan bahwa jiwa mereka diselamatkan dari Covid," kata dia.
Namun hidup sebagai badut Corona tak selalu gelap. Ada banyak sukanya.
"Saya dipanggil foto bersama pak Wali Kota Andrei Angouw. Biasa orang yang ajak foto beliau. Tapi beliau yang ajak saya," katanya. (art)