Tragedi Trisakti menjadi awal dari runtuhnya pemerintahan Orde Baru.
Tragedi Trisakti menjadi pembangkit bagi para mahasiswa untuk memperjuangkan reformasi.
Puncak perlawanan masasiswa terhadap Orde Baru adalah saat mundurnya Presiden Soeharto dari jabatannya setelah menjabat selama 32 tahun.
Soeharto mundur pada 21 Mei 1998 setelah banyak aksi dari mahasiswa yang menuntut kemundurannya.
Pada 12 Mei 1998, Elang dan para mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia melakukan sebuah aksi demonstrasi guna menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
Aksi tersebut berlangsung di Gedung DPR/MPR di Senayan.
Awalnya aksi ini berjalan sesuai prosedur dan tidak ada tanda-tanda kerusuhan yang berarti dari para peserta.
Tapi, setelah para peserta kembali ke Kampus Trisakti terdengar sebuah tembakan.
Sontak semua orang berusaha masuk ke dalam gedung kampus untuk melindungi diri.
Puluhan mahasiswa yang berlarian ke dalam kampus ditembaki oleh aparat dari luar kampus.
Aparat menembaki peserta aksi dengan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam.
Elang tertembak di halaman Gedung Dr Sjarief Thayeb.
Elang Mulia Lesmana tertembak pada bagian dada.
Kemudian Bersama korban lainnya Elang dilarikan ke Rumah Sakit Sumber Waras.
Keesokan harinya, jenazah Elang Mulia Lesmana dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan.