Sekali lagi, karena kebulatan tekat dan rasa cinta, tak menyurutkan langkahnya menempuh perjalanan darat, udara dan laut, demi bertemu dan menikahi Elisa.
"Bunda Elisa bagi saya adalah hadiah ulang tahun terindah dan mimpi yang terwujud," kata Cecep dengan wajah yang terlihat bahagia.
Cecep juga tak begitu menyoalkan perbedaan usia antara dia dan istrinya.
Baginya, usia hanyalah sebuah angka, bukan penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan.
"Usia hanya tentang angka, hidup dan kebahagiaan tidak mengenal perbedaan usia. Kalau nyaman, saling pengertian, kenapa harus meributkan angka?" ujarnya.
"Kita saling cocok juga memiliki pandangan yang sama tentang apa itu menjalin hubungan suami istri. Kami yakin pilihan ini yang terbaik buat kami," katanya sambil tersipu.
Elisa juga membenarkan ucapan Cecep, ia mengaku tidak sembarangan dan asal memilih.
Jauh-jauh hari sebelum memantapkan sosok pendamping hidupnya, ia sudah melakukan tirakat.
Elisa berpuasa hajat selama dua bulan, dan sering bertanya pada para ahli agama.
"Mereka mengatakan, jodoh saya adalah orang jauh dan akan datang melamar saya lewat pintu depan. Tanda itu ada sama Aa Cecep, makanya hati saya tidak ragu meski usia kita terpaut 25 tahun. Ini bukan soal usia, tapi tentang bagaimana kita memaknai masa depan bersama," kata Elisa.
Elisa juga memaknai pertemuannya dengan Cecep adalah kuasa Tuhan.
"Saya ini orangnya paling malas main medsos. Tapi entah kenapa pada 17 Maret 2021 saya buka FB dan meminta pertemanan dengan Aa Cecep. Aa langsung terima dan sejak itu kami sering video call," katanya sambil melirik ke Cecep di sebelahnya.
Saat melangsungkan pernikahan, tidak banyak yang diminta Elisa dari Cecep.
Ia hanya ingin Cecep selalu di Kalimantan menemaninya dan memindahkan usaha servis HP milik Cecep di Garut ke Nunukan.
"Komitmen awal kan kita akan bersama terus. Keluarga juga mendukung, sekarang kami masih mencari lokasi yang pas untuk buka usaha. Kita akan selalu berdua pokoknya," katanya bersemangat.