"Bagi gurunya sendiri, celetukan itu tidak dianggap kurang ajar, karena setiap orang diajarkan terbuka untuk berbicara,
sejauh tidak bertujuan negatif," kata Siti.
Sementara di Berlin, seorang guru taman kanak-kanak asal Indonesia, Andra Stefanowski,
menceritakan pengalamannya saat pertama kali bertemu anak-anak TK yang diajarnya.
Mereka bertanya ia perempuan atau laki-laki. “Aku bilang aku perempuan.
Mereka tanya lagi, kok rambutnya pendek? Aku jelaskan: ada banyak perempuan yang rambutnya pendek, ada juga laki-laki yang rambunya panjang."
"Kebetulan di TK aku ada anak-anak laki yang rambutnya panjang.
Jadi aku bisa kasih contoh, karena kalau sama anak kecil, menjelaskan itu susah karena tidak seperti bicara dengan orang dewasa."
"Mereka butuh contoh. Jadi aku memberi contoh, perempuan rambutnya bisa pendek, ternyata.
Tanpa menggurui, ada pengetahuan gender yang mereka dapatkan dari situ,“ ujarnya tersenyum.
Baca juga: Kisah Sutami Menteri Miskin di Era Soeharto, 14 Tahun Mengabdi, Cicil Rumah Hingga Pensiun
Yang terpenting kualitas mengajar
Sempat berpikir apakah harus menutupi tato di lengannya saat melamar kerja sebagai guru TK, Andra akhirnya memutuskan tampil apa adanya.
Ternyata sang kepala sekolah yang mewawancarai perempuan yang bermukim di Berlin
itu sama sekali tidak menanyakan tato yang membalut kulit di lengannya.
Termasuk soal kemampuan bahasa Jermannya, mengingat Andra bukan penutur asli bahasa Jerman.