TRIBUNMANADO.CO.ID, JENEWA - Soal Paspor Vaksin untuk Syarat Travelling Ditolak WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia.
Pihak WHO Sebut Tak Boleh Digunakan Bepergian.
BERITA PILIHAN EDITOR :
Baca juga: Bocah 13 Tahun Ditemukan Pingsan dalam Karung, Mengaku Ketakutan dan Sempat Bertingkah Aneh
Baca juga: Pejabat Pertamina Dipecat Jokowi?, Ahok: yang Dicopot Berasal dari Anak Perusahaan Milik Pertamina
Baca juga: Seorang Presiden Dituding Terima Suap Kartel Narkoba Sebanyak Rp 3,5 Miliar
TONTON JUGA :
Menurut WHO, tidak diperlukan bukti hasil vaksinasi yang kini banyak disebut sebagai 'Paspor vaksin' untuk melakukan kegiatan traveling.
Pernyataan ini disampaikan setelah konseptualisasi paspor vaksin diperbincangkan secara global.
Paspor vaksin ini sebenarnya digunakan sebagai tiket untuk memulai kembali perjalanan
melalui verifikasi status vaksinasi.
Dikutip dari laman Travel Off Path, Jumat (12/3/2021), pemerintah internasional mengadopsi
metode ini dalam upaya mereka melacak vaksinasi di antara warga negara dan mencabut
kebijakan pembatasan yang disebabkan Pandemi virus corona (Covid-19).
Namun, untuk dapat digunakan secara efektif dalam skala internasional, kebijakan ini tentunya
akan menimbulkan berbagai tantangan.
Dalam konferensi pers yang digelar pada Senin lalu, Direktur Eksekutif Keadaan Darurat Kesehatan di WHO,
Dr Michael Ryan mengatakan bahwa paspor vaksin tidak boleh digunakan sebagai syarat untuk bepergian.
Menurut Dr Ryan, karena vaksin belum bisa diakses secara universal, kondisi seperti itu belum
memungkinkan untuk diterapkan saat ini.
"Saat ini, tidak disarankan untuk menggunakan sertifikasi vaksinasi sebagai persyaratan perjalanan.
Karena sederhananya, vaksinasi belum cukup tersedia di seluruh dunia dan tentunya tidak
tersedia secara adil," kata Dr Ryan.
Ia pun menunjukkan berbagai alasan yang kemungkinan akan menjadi hambatan seseorang
dalam mendapatkan paspor vaksin.
Mulai dari tidak dapat diaksesnya vaksin di negara asal mereka, kondisi medis yang bertentangan,
atau kebebasan memilih untuk divaksinasi atau tidak.
Menurutnya, ada pertimbangan praktis dan etis yang harus ditangani oleh banyak negara.
"Karena jika akses ke vaksin ini menunjukkan suatu ketidakadilan, maka ketidakadilan ini dapat dicap
lebih jauh jika kita terus membuat keputusan tentang apa yang orang bisa dan tidak bisa lakukan,
di mana mereka bisa dan tidak bisa pergi berdasarkan vaksinasi, saat vaksinasi itu sendiri
bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan setiap orang, tidak semua orang memiliki akses yang sama," tegas Dr Ryan.
Lalu apakah vaksinasi mampu menghentikan transmisi?
Salah satu keprihatinan mendasar terkait program vaksinasi adalah apakah mereka yang telah divaksinasi ini masih dapat menularkan virus kepada orang yang tidak divaksinasi?.
Menurut Food and Drug Administration (FDA), komunitas ilmiah belum mengetahui apakah vaksin Pfizer-BioNTech efektif mengurangi penularan.
Pertanyaan yang sama juga ditujukan pada vaksin lain yang disetujui.
Karena saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu vaksin yang disetujui itu dapat sepenuhnya memblokir penularan, belum terlihat adanya implikasi dalam prospek mencapai kekebalan kelompok.
Ada dua jenis utama dari vaksin imunitas yang dapat dicapai, yang pertama disebut sebagai kekebalan efektif, yang dapat menghentikan patogen dari penyebab penyakit parah, namun tidak dapat memblokirnya untuk memasuki tubuh.
Yang kedua adalah mensterilkan kekebalan, yakni memblokir sepenuhnya infeksi sekaligus mencegah kondisi tanpa gejala.
Mensterilkan kekebalan merupakan tujuan akhir penelitian vaksin, namun hal ini jarang tercapai.
Sejauh ini, vaksin Covid-19 yang tersedia belum difokuskan terutama pada kemampuan untuk mencegah penularan.
Yang difokuskan saat ini adalah untuk mencegah agar gejalanya tidak berkembang.
(Tribunnews.com/Fitri Wulandari)
BERITA TERPOPULER :
Baca juga: Kecelakaan Maut, Kepala Badan Kepegawaian Tewas Sepulang Touring, Korban Dikenal Ramah Murah Senyum
Baca juga: Gadis SMA dan Janda Muda Tewas Ditangan Seorang Pemuda, Begini Modus dan Cara Pelaku Buang Mayat
Baca juga: Tubuh Model Cantik Selingkuhan Mantan PM Malaysia Najib Razak di Bom, Hancur Berkeping-keping
TONTON JUGA :
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul WHO Tidak Sarankan Penggunaan Paspor Vaksin Untuk Syarat Travelling
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan