News

Gatot Nurmantyo Ungkap Yang Terjadi Sebelum KLB, Ini Jawaban Saat Ada Yang Mengajaknya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gatot Nurmantyo

Baginya, ajakan ini tidak sesuai dengan moralitas dan etika.

"Saya sampaikan bahwa harus menurunkan AHY. Ini sesuatu yang moralitas dan etika saya tidak bisa, karena saya dari Brigjen Mayjen jaman SBY."

"Kemudian bintang tiga sampai dengan jabatan Pangkostrad itu jamannya pak SBY, saya pun Kasat sama juga seperti itu," tuturnya.

Bahkan, Gatot mengakui, sudah bertemu dan berdiskusi dengan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebelum KLB terjadi.

Ia sama sekali tak terkejut atas prosesi KLB yang terjadi pada Jumat (5/3) lalu, di Deli Serdang, Sumatera Utara.

"Saya sudah bertemu dengan pak Moeldoko,"

"Sama sekali saya tidak terkejut, karena saya sudah diskusi dengan belaiu tersebut dan semua apa yang disampaikan persis terjadi," kata Gatot.

Menanggapi keterlibatan Moeldoko yang juga purnawirawan TNI, ia menyinggung soal etika dan kehormatan prajurit.

"Saya lebih ingin berbicara terdepan, mengajak siapapun mantan prajurit TNI yang ingin melanjutkan pengabdian melalui bidang politk."

"Mari bersama-sama kita melandasinya dengan etika dan kehormatan prajurt. Etika politik yang berkerpibadian," pungkasnya.

SBY: Rasa Malu dan Bersalah Saya, Pernah Memberikan Jabatan kepada Moeldoko

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan rasa malu karena telah memberikan kepercayaan jabatan kepada Moeldoko.

Tentunya, saat SBY menjadi presiden, Moeldoko pernah ditugaskan menjadi Panglima TNI.

Terlebih, saat ini, Moeldoko terpilih menjadi Ketua Partai Demokrat (PD) lewat kongres luar biasa (KLB) di Sumatera Utara (Sumut).

Hal itu disampaikan SBY mengawali pidatonya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat yang juga disiarkan kanal YouTube Kompas TV, Jumat (5/3/2021) malam.

Halaman
123

Berita Terkini