Selain itu, YouTube juga mulai menghadapi masalah hak cipta, di mana banyak media memprotes karena video yang diunggah adalah hak milik media.
Meskipun sudah mendapat investor, namun, kenyataannya tetap tidak cukup mengatasi masalah.
Belum lagi, YouTube saat itu belum bisa mengkomersilkan produknya dengan maksimal. Akhirnya, Karim dkk berpikir untuk menjual YouTube.
Bulan Oktober 2006, perusahaan teknologi Google resmi membeli YouTube senilai 1,65 miliar dollar AS. Ini menjadi tonggak sejarah baru bagi YouTube.
Belanja tersebut adalah akuisisi terbesar kedua Google saat itu. Sebelumnya, Google juga punya platform berbagi video sendiri bernama Google Video.
Tapi, platform tersebut gagal membuat trafik yang banyak seperti yang dihasilkan YouTube.
Akuisisi dilakukan setelah YouTube menyepakati perjanjian dengan perusahaan media untuk menghindari tuntutan hukum atas pelanggaran hak cipta.
Setelah proses akuisisi rampung, YouTube beroperasi secara independen dengan para co-founder dan 68 karyawan di bawah naungan Google. Operasional YouTube kemudian merambah ke lebih banyak negara di dunia.
Pada tahun 2007, CEO YouTube, Eric Schmidt memperkenalkan sistem lokal YouTube di mana tampilan antarmuka akan dapat disesuaikan dengan masing-masing negara operasionalnya.
Model bisnis
Sebelum diakuisisi Google, YouTube menggunakan model bisnis berbasis iklan dengan penghasilan 15 juta dollar AS per bulan saat itu. April 2006, YouTube meluncurkan Google AdSense yang hingga kini digunakan untuk memonetisasi konten.
YouTube sempat menghentikan AdSense, tapi kemudian menggunakannya lagi ketika beroperasi dengan sistem lokal.
Hingga kini, YouTube, dengan model bisnis iklannya menjadi salah satu penyumbang pendapatan Google yang cukup signifikan.
Pada 2020 untuk pertama kalinya setelah diakuisisi Google, YouTube mengumumkan pendapatannya.
Pendapatan YouTube saat itu mencapai 5 miliar dollar AS dalam tiga bulan dari iklan sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Guardian, Rabu (24/2/2021).