Perawat menjawab, "Tidak." "Saya bingung, saya marah, saya sedih," kata Tyasutami kepada BBC.
"Saya tidak tahu harus berbuat apa karena itu semua di media."
Foto : Sita Tyasutami (kanan) yang merupakan pasien 01 Covid-19 Indonesia, sedangkan Maria Darmaningsih (tengah) adalah pasien 02.(Instagram @sitatyasutami)
Sebelum diagnosis, Tyasutami menjalani hari-harinya sebagai penari profesional, manajer seni pertunjukan, saudara perempuan, anak perempuan, dan seorang teman.
Namun setelah diagnosis, identitasnya direduksi menjadi hanya dua kata: pasien 01.
Catatan medisnya bocor, rincian kasusnya salah dilaporkan, dan gosip marak beredar secara online.
Gejalanya bermula dengan tenggorokan gatal. Tyasutami awalnya menghiraukan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, menurutnya.
Kemudian 17 Februari 2020 pagi, dia terbangun dengan gejala yang lebih dari sekadar penyakit ringan.
Ibunya, Darmaningsih, seorang ahli tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), jatuh sakit akhir minggu itu.
Kondisinya memburuk setelah pertunjukan tari pada 23 Februari 2020. Mereka lalu memeriksakan diri di rumah sakit Depok.
Dokter awalnya mendiagnosis Darmaningsih dengan tifus, dan Tyasutami dengan bronkopneumonia.
"Kami meminta dites Covid-19, tetapi ditolak karena saat itu rumah sakit tidak memiliki fasilitas yang tepat," kata Tyasutami.
Tiga orang pasien positif Corona (Covid-19) kasus 1, 2, dan 3 yang telah dinyatakan sembuh memberikan keterangan kepada wartawan di RS Sulianto Saroso, Jakarta, Senin (16/3/2020). (TRIBUNNEWS/HO/HUMAS KEMENKES)
Lalu pada 27 Februari 2020 mereka dirawat di rumah sakit, dan masih belum mengetahui adanya patogen yang menyerang sel mereka.
Sekitar 24 jam kemudian seorang teman Tyasutami memberitahunya, bahwa dia menghadiri pentas dansa yang sama dengan seorang wanita Jepang yang positif Covid-19.