Di pagi hari yang sama, militer meningkatkan penjagaan mereka dengan mengerahkan truk polisi serta personel yang diterjunkan ke jalan-jalan dan menutup sebuah distrik kedutaan besar.
Sebelumnya militer dan polisi telah menggunakan peluru karet, gas air mata, meriam air, dan peluru tajam untuk membubarkan massa.
Puluhan ribu pekerja profesional dan pegawai turut berdemo di Naypyidaw, ibu kota Myanmar dan benteng militer negara itu.
Lebih dari 100 orang ditangkap saat polisi mengejar para pedemo di jalan-jalan, menurut keterangan jurnalis AFP di lokasi.
Demo besar juga merebak di kota-kota lain seperti Mandalay, Myitkyina, dan Dawei.
Demonstran Myanmar Serukan Mogok Massal, Junta Militer Langsung Keluarkan Ancaman
(Foto: Puluhan ribu orang berdemonstrasi menentang pengambilalihan militer di kota terbesar Myanmar Yangon dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi, pada Minggu (7/2/2021).)
Para demonstran di Myanmar menyerukan pemogokan massal yang sedianya digelar pada Senin (22/2/2021) untuk memprotes kudeta militer.
Seruan tersebut ditanggapi oleh junta militer dengan ancaman terselubung ihwal penggunaan kekuatan mematikan.
Seruan untuk pemogokan massal dilontarkan pada Minggu (21/2/2021) oleh Gerakan Pembangkangan Sipil di Myanmar.
Mereka meminta orang untuk berkumpul bersama guna membuat "Revolusi Musim Semi” sebagaimana dilansir Associated Press.
Saluran televisi milik negara, MRTV, pada Minggu malam waktu setempat menyiarkan pernyataan dari junta militer yang memberi peringatan terhadap rencana pemogokan umum.
Junta militer menuduh para demonstran menghasut massa untuk melakukan kerusuhan dan anarki pada Senin.
“Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama anak muda dan remaja yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka terancam kehilangan nyawa,” bunyi pernyataan itu.
Pernyataan itu juga menyalahkan pengunjuk rasa karena “melakukan kekerasan”, sehingga mau tidak mau pasukan keamanan harus membalasnya. Sejauh ini ada tiga pengunjuk rasa telah ditembak mati.