TRIBUNMANADO.CO.ID - China adalah negara yang sering memanipulasi cuaca yang dilakukan secara luas.
China telah mengumumkan upaya mengubah cuaca mulai Desember 2020 silam.
Langkah lebih jauh yaitu memperluas kapasitas operasional " manipulasi cuaca" di seluruh negeri.
Sebenarnya, China telah menggunakan program manipulasi iklim selama bertahun-tahun.
Pihak berwenang mengatakan, program hujan atau salju buatan akan mencakup 5,5 juta kilometer persegi pada 2025, yang merupakan hampir 60 persen dari wilayah China.
Namun inisiatif tersebut telah menimbulkan kekhawatiran para negara-negara tetangga, seperti India, di tengah ketidakpastian tentang dampak teknologi ini dan ketegangan regional yang sudah ada sebelumnya.
(FOTO: ilustrasi awan/tribun travel)
Bagaimana China memanipulasi cuaca?
China menggunakan metode yang disebut penyemaian awan atau cloud seeding yang sudah dikenal di seluruh dunia.
Metode ini menggunakan zat pendispersi seperti perak iodida yang disemai ke awan untuk menghasilkan presipitasi (proses pengendapan) sehingga menghasilkan hujan maupun salju.
"Banyak negara menggunakan teknologi ini. China sudah lama menggunakannya, India juga sudah menggunakannya," kata Dhanasree Jayaram, pakar iklim dari Manipal Academy of Higher Education di Karnataka, India, kepada BBC.
"(Metode ini juga digunakan) di sub-Sahara Afrika dan timur laut benua, di mana terjadi kekeringan yang sangat bermasalah, atau juga Australia, misalnya," imbuh Jayaram.
Namun, Jayaram mengatakan bahwa di tempat lain, manipulasi iklim ini memiliki cakupan yang jauh lebih kecil daripada apa yang direncanakan oleh Beijing.
Penyemaian awan memiliki sejarah yang panjang, dimulai pada 1940-an, terutama di Amerika Serikat (AS), tetapi masih ada keraguan besar tentang hasilnya.
(FOTO: Suhu dingin ekstrem landa Eropa/AP/wtop.com)