TRIBUNMANADO.CO.ID - Tahukah anda guncangan gempa Majene yang terjadi dua hari ini 14-15 Januari 2021, ternyata sudah pernah terjadi.
Gempa hampir serupa dengan sejarah gempa yang menimbulkan tsunami di wilayah tersebut.
Di pertengahan hingga akhir medio 60-an, gempa mengguncang Majene, Sulawesi Barat ( Sulbar ).
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno MSi menyampaikan, gempa bumi yang terjadi di Majene merupakan gempa bumi pengulangan.
Maksudnya adalah, berdasarkan sejarah episenter gempa Majene 14-15 Januari 2021 saat ini sangat berdekatan dengan sumber-sumber gempa yang memicu tsunami, hingga mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa.
Peristiwa pertama adalah bencana gempa pada tanggal 11 April 1967 dengan magnitudo M 6,3 di daerah Polewali Mandar.
Berdasarkan catatan korban atau kerusakan, gempa yang menimbulkan tsunami tersebut telah menyebabkan 13 orang meninggal dunia.
Sejarah gempa serupa yang kedua, yaitu terjadi pada tanggal 23 Februari 1969, di mana gempa bumi tektonik pada saat itu terjadi dengan kekuatan magnitudo M 6,3.
Gempa yang terjadi di daerah Majene ini telah menyebabkan catatan korban maupun kerusakan terbanyak di Pantai barat Sulawesi yaitu sebanyak 64 orang meninggal dunia, 97 orang terluka dan 1287 bangunan serta rumah rusak di empat desa.
Berikutnya, gempa kuat yang ketiga terjadi di daerah Mamuju dengan kekuatan magnitudo M 6,7 pada tanggal 8 Januari 1984.
Berdasarkan catatan BMKG, akibat guncangan gempa kuat ini tidak ada korban yang meninggal dunia, tetapi banyak rumah rusak maksimum karena intensitas guncangan di Mamuju mencapai VII MMI.
"Berdasarkan pengalaman sejarah ini, diharapkan masyarakat tetap waspada, memastikan tempat tinggal aman dan menghindari area yang berpeluang terjadi longsoran," kata Bambang dalam konferensi pers daring bertajuk Updating Informasi Gempa Signifikan yang Terjadi Beberapa Waktu Lalu, Jumat (15/1/2021).
Gempa Kembali Terjadi Senin 18 Januari
Terkini, gempa bumi kembali mengguncang wilayah Mamuju dan Mejene, Sulawesi Barat hari ini pukul 12.11 WITA, Senin (18/1/2021).
Sejumlah gempa susulan terjadi setelah guncangan gempa pada tanggal 15 dan 16 Januari kemarin.
BMKG menginformasikan gempa bumi kembali terjadi hari ini di Mamuju dan Majene.
Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan hingga siang hari ini pukul 12.30 WIB
sebagai hari ke-lima berturut-turut rangkaian gempa terjadi di wilayah ini, dan tercatat merupakan gempa ke-39.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan gempa yang baru saja terjadi memiliki magnitudo M 4.2.
"Warga kembali terkejut dan panik akibat guncangan yang terjadi, karena trauma akan guncangan gempa kuat yang telah terjadi sebelumnya," kata Daryono kepada Kompas.com, Senin (18/1/2021).
Disebutkan pula episenter gempa bumi yang terjadi ini terletak pada koordinat 2,91 LS dan 118,99 BT.
Lokasi tepatnya terjadi di darat pada jarak 27 kilometer arah Tenggara Kota Mamuju dengan kedalaman 10 kilometer.
Seperti rentetan gempa sebelumnya, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas Sesar Mamuju-Majene dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Gempa ini menimbulkan guncangan yang dirasakan di Majene dan Mamuju dalam skala intensitas II MMI dan tidak berpotensi tsunami.
Gempa susulan lambat, tapi masih bisa terjadi lagi
Daryono mengatakan, meski gempa yang terjadi sudah mencapai 39 kali, peristiwa gempa Mamuju dan Majene ini diakui produktivitas gempa susulannya lambat.
"Tidak semestinya gempa kuat bermagnitudo 6,2 pada hari ke-5 baru terjadi 39 gempa susulan," kata dia.
Sebab, umumnya gempa kategori kerak dangkal dengan kekuatan di ats 6,0, biasanya pada hari ke-5 sudah mendekati 100 kali gempa susulan.
"Melihat produktivitas gempa susulan yang rendah ini, kita berharap ini sebagai pertanda baik, meksipun kita tetap harus waspada," ujarnya.
Diharapkan kondisi minim gempa susulan ini terus berlangsung dan tidak terjadi gempa kuat lagi, hingga selanjutnya kondisi tektonik di zona gempa kembali stabil dan kembali normal.
"Meskipun harapan kita tidak akan muncul gempa kuat lagi, gempa susulan dengan kekuatan kecil lazimnya masih akan terjadi," jelasnya.
Hal ini dikarenakan, saat terjadi gempa utama atau mainshock, tercipta deformasi kerak bumi yang menimbulkan pergeseran blok batuan cukup luas di bawah permukaan.
Pergesaran besar blok batuan ini akan memicu terjadinya ketidakseimbangan gaya tektonik di zona gempa.
Pasalnya, sebagaimana biasanya paska terjadi gempa kuat akan timbul gaya-gaya tektonik yang menggerakkan kembali blok batuan untuk mencari keseimbangan baru menuju kondisi stabil.
Nah, untuk mendapatkan posisi tersebut, maka pergeseran kembali blok-blok batuan secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa susulan.
"Fenomena ini akan terus terjadi hingga kondisi kesetimbangan tektonik terwujud dan selanjutnya kondisi batuan benar-benar kembali stabil dan menjadi aman kembali," ucap dia.
Imbauan BMKG Gempa Susulan
Terkait gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Barat.
Dari BMKG imbau untuk warga agar tetap waspada.
Hal tersebut dikarenakan ada potensi terjadi gempa susulan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi gempa susulan masih akan terjadi di Sulawesi Barat, khususnya di Mamuju dan Majene.
Kekuatan gempa dapat lebih kecil atau kurang lebih sama dengan gempa yang terjadi pada Jumat (15/1/2021) kemarin.
Dikutip dari video yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV, Senin (18/1/2021), BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan jangan panik jika terjadi gempa susulan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan yang penting masyarakat berada di tempat yang jauh dari bangunan mudah roboh.
"Jika sudah berada di tempat yang jauh dari bangunan mudah roboh, jika terja terjadi gempa, Insyaallah sudah aman," terang Dwikorita.
Kabar Hoaks Imbauan untuk Keluar dari Mamuju
Baru-baru ini tersebar kabar hoaks imbauan untuk masyarakat keluar dari Kabupaten Mamuju untuk menghindari potensi gempa susulan.
Dwikorita tegas memastikan bahwa itu adalah berita bohong.
Saat ini, Dwikorita bersama rombongan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Mochamad Basuki Hadimuljono, sedang berada di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat,
untuk meninjau langsung lokasi gempa.
BMKG membenarkan akan adanya potensi gempa susulan,
tapi BMKG tidak pernah memberi imbauan agar masyarakat meninggalkan Kabupaten Mamuju.
"Justru kami ada di sini tujuannya adalah menenangkan warga," jelas wanita kelahiran Yogyakarta ini.
Dwikorita menambahkan, ia bersama tim akan terus melalukan sosialisasi kepada masyarakat,
khususnya kepada para pengungsi korban gempa Mamuju-Majene.
BMKG juga terus meyakinkan masyarakat, selama mereka berada di tempat yang tidak mudah roboh,
maka akan aman-aman saja.
"Kalau merasa tidak yakin dengan bangunannya, segera keluar dari rumah,
bukan keluar dari Mamuju," tegas wanita lulusan Geologi UGM ini.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada akan adanya gempa susulan.
Masyarakat diminta menjauhi lereng yang mudah longsor dan menjauhi pantai jika ada gempa susulan.
"Dalam waktu satu minggu ini atau beberapa minggu ke depan,
kami terus memonitor gempa-gempa susulan masih ada, tapi semoga saja semakin berkurang," tambah Dwikorita.
Pulau Sulawesi merupakan wilayah yang rawan akan gempa bumi.
Tak hanya di wilayah Mamuju dan Majene saja, tetapi di semua wilayah Sulawesi.
Terutama di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat.
Termasuk Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara di level berikutnya.
Hal ini dikarenakan Sulawesi berada di area tumbukan lempeng, yaitu lempeng Samudera Pasifik menumbuk ke lempeng Asia.
Artinya proses penumbukan lempeng ini masih berjalan dan sudah terbentuk patahan-patahan yang sewaktu-waktu dapat bergeser dan bergerak.
"Namun sekali lagi, jika bangunan kita cukup kuat terhadap gempa, mengikuti standar bangunan tahan gempa,
insyaallah aman tapi juga harus siap untuk menyelamatkan diri," imbuh Dwikorita.
Ia juga menyarankan agar masyarakat menyiapkan jalur evakuasi dari rumah sesegera mungkin.
Serta siapkan tempat yang aman jauh dari rumah dan robohnya bangunan.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)
(KOMPAS.COM)
Tautan: