Berkaca dari perayaan Hari Guru Nasional 2019 yang lalu, saya yakin banyak dari kita yang terinspirasi dengan pidato Menteri Pendidikan, Nadiem Anwar Makarim, yang mencanangkan program Merdeka Belajar dan Guru Penggerak.
Pidato tersebut sepertinya memberikan secercah harapan akan perjalanan pendidikan di negara kita yang selama ini sudah banyak dikritik, namun para pemangku kepentingan sepertinya terjebak dalam kondisi yang membuat mereka terkesan tidak bisa berbuat apa-apa.
Setahun setelah pidato tersebut, dan ditambah dengan situasi pandemi yang masih berkepanjangan, mungkin banyak dari kita pelaku pendidikan kemudian bertanya-tanya, apakah program Merdeka Belajar dan Guru Penggerak yang dicanangkan lalu, masih ada harapan?
Saya ingin menjawab pertanyaan tersebut dengan rasa optimis yang tinggi bahwa masih ada harapan.
Bahkan, saya percaya, pandemi yang sedang kita hadapi saat ini menjadi satu katalisator untuk kita melakukan pembenahan dalam sistem pendidikan kita saat ini.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Dalam bukunya yang berjudul The Principal: Three Keys to Maximizing Impact, Michael Fullan memperkenalkan istilah professional capital.
Michael Fullan memberikan definisi berikut untuk menjelaskan istilah tersebut, “Professional capital is a function of the interaction of three components: human capital, social capital and decisional capital.”
Sederhananya, professional capital diartikan sebagai suatu hasil dari interaksi dari ketiga komponen tersebut.
Dalam kaitannya dengan guru, human capital berbicara mengenai talenta mengajar dari guru. Sementara social capital terkait kualitas dan kuantitas relasi dari kelompok guru.
Dan terakhir, decisional capital, berbicara mengenai kualitas dan kemampuan dari seorang guru atau kelompok guru dalam membuat keputusan di dalam kelompok atau komunitasnya.
Menarik untuk mengeksplorasi prinsip yang ditawarkan Fullan di tengah situasi pandemi saat ini.
Saya percaya, kebijakan Menteri Pendidikan mengembalikan fungsi guru kepada posisi semula adalah bentuk praktek yang sejalan dengan prinsip decisional capital.
Saya yakin kepercayaan yang kembali diberikan kepada guru, membuat guru secara tidak langsung dituntut untuk mengembangkan profesionalismenya.
Ini adalah harga yang harus dibayar. Mereka yang tidak mengembangkan kualitasnya sebagai pendidik, pasti akan semakin tertinggal dan tidak bisa menyalahkan sistem jika di kemudian hari, mereka tidak lagi diberikan kesempatan untuk mengajar.