Pada intinya semua produk yang menyangkut teknologi kimia termasuk turunan petroleum
memiliki validity period, pada bidang lubricant, dikenal dengan sebutan lubricant shelf life,
jadi bukan kedaluwarsa," ucap Nurdin kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Nurdin menjelaskan, lubricant shelf life atau validity period, merupakan rentang waktu
rata-rata dimana sifat fisika, kimia, maupun untuk kerja atau performa dari pelumas tersebut masih sesuai.
Hal ini berlaku hanya untuk pelumas yang statusnya belum terpakai atau masih dalam kemasan.
Untuk ketahanan atau panjang dari shelf life sendiri, menurut Nurdin tergantung pada jensi oli
dasarnya atau base oil, jenis adiktif yang digunakan, serta yang tak kalah penting adalah
masalah penanganan dan prosedur penyimpanannya.
"Pada oli yang masih dalam kemasan, penanganan dan penyimpanan itu sangat
penting untuk diperhatikan.
Keduanya yang sangat mempengaruhi shelf life dari pelumas tersebut.
Untuk rata-ratanya sendiri, untuk jenis mineral oil shelf life-nya itu di rentang 3 sampai 7 tahunan," kata Nurdin.
Untuk itu, agar oli memiliki kualitas yang baik meski belum digunakan, baiknya perlu
memperhatikan proses penanganan dan penyimpanannya.