HUT TNI

Kisah Panglima TNI Pertama, Jenderal Soedirman, Jenderal Besar Anumerta Bintang Lima

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejak kecil Raden Soedirman (selanjutnya Sudirman) lebih banyak tinggal bersama pamannya ketimbang bersama orangtuanya. Masalah ekonomi menjadi alasan utama Sudirman tinggal bersama pamannya, Raden Cokrosunaryo yang saat itu adalah seorang camat.

Sudriman kemudian pindah ke MULO, setingkat SMP Wiworotomo.

Di Wiworotomo, Sudirman banyak belajar ilmu agama dari Raden Muhammad Kholil. Ia terkenal sangat taat beragama, bahkan teman-temannya menjulukinya sebagai “Haji”.

Ia juga aktif berorganisasi, ia menjadi salah satu pendiri organisasi kepemudaan, seperti pramuka di bawah naungan Muhammadiyah, Hisbul Wathan (HW).

Meski prestasi akademiknya biasa saja, namun Sudirman terkenal sangat disiplin, hal ini tidak lepas dari didikan sang paman.

Pernah dalam sebuah acara jambore yang diadakan oleh HW di lereng Gunung Slamet yang sangat dingin, semua peserta jambore tidak tahan dengan hawa dingin yang menyengat itu.

Semua bermalam di rumah-rumah penduduk setempat, kecuali satu orang, Sudirman.

Pada 1934, sang paman yang mengasuhnya meninggal dunia.

Hal ini membuat perekonomian keluarganya semakin payah. Beruntung Sudirman tetap diizinkan sekolah di Wiworotomo sampai ia tamat pada 1935 tanpa membayar tagihan sekolah.

Lulus dari MULO Wiworotomo, Sudirman kemudian melanjutkan ke Kweekschool, sekolah calon guru milik Muhammadiyah di Solo.

Namun karena kendala biaya, ia hanya bertahan setahun dan kemudian pulang ke Cilacap, Jawa Tengah.

Pulang ke Cilacap, Sudirman menjadi guru di HIS Muhammadiyah sekaligus menjadi anggota organisasi tersebut. Ia kemudian diangkat menjadi kepala sekolah di sekolah tersebut.

Pada 1943, Sudirman menjalani pendidikan militer Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor yang diselenggarakan oleh Jepang.

Riwayat Karier

- Guru di HIS Muhammadiyah Cilacap

- Anggota Syu Sangikai (semacam DPR di Banyumas) (1942 – 1944)

Halaman
1234

Berita Terkini