TRIBUNMANADO.CO.ID - Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 menyimpan banyak cerita.
Momentum ini menjadi titik awal terbebasnya Indonesia dari rongrongan penjajah.
Tiga orang yang bertugas mengibarkan bendera saat itu adalah Latief Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti.
Siapakah Latief Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti ?
Latief Hendraningrat
Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat lahir di Jakarta pada 15 Februari 1911. Dia merupakan seorang prajurit Pembela Tanah Air (PETA).
Di masa pendudukan Jepang, Latief aktif dalam pelatihan militer yang didirikan oleh Jepang. Ketika Jepang mendirikan PETA, ia bergabung di dalamnya.
Sepak terjang Latief di militer dinilai membanggakan karena kelihaiannya. Ia pernah juga menjabat komandan kompi dan berpangkat Sudanco.
Pangkat ini berada di bawah pangkat tertinggi pribumi ketika itu yaitu Daidanco atau komandan batalion.
Berita kekalahan Jepang dari Sekutu akhirnya sampai ke Indonesia. Momentum ini dianggap kalangan muda sebagai kesempatan bagi Soekarno dan Hatta untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Mereka kemudian membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok dan mendesak Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan.
Upaya ini berhasil hingga akhirnya pembacaan proklamasi dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945.
Latief Hendraningrat termasuk orang yang mempunyai peran dalam peristiwa bersejarah tersebut.
Sebelum acara dimulai, Latief dipercaya untuk mengamankan lokasi. Ia juga menempatkan prajuritnya di sekitar Pegangsaan dan mengamankan jalannya acara penting itu.
Setelah pembacaan naskah proklamasi oleh Soekarno, dilakukan pengibaran bendera Merah Putih.
Ketika itu, Latief memakai seragam tentara Jepang karena merupakan pasukan PETA. Ia bersama Suhud Sastro Kusumo mengibarkan bendera Merah Putih pertama setelah proklamasi kemerdekaan.
Pasca-kemerdekaan, Latief juga berkontribusi saat Indonesia menghadapi agresi militer Belanda.
Ia mengamankan Yogyakarta yang ketika itu menjadi Ibu kota RI bersama Jenderal Soedirman.
Setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda, Latief bertugas di Markas besar (Mabes) Angkatan Darat. Dan pernah bertugas di Filipina dan Washington.
Setelah kembali ke Indonesia, ia menjadi pimpinan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKD) kini Seskoad. Ia juga pernah menjadi Rektor IKIP Jakarta pada 1965.
Pada 1967, dia memasuki masa pensiun dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal.
Suhud Sastro Kusumo
Suhud lahir pada 1920. Dia merupakan anggota Barisan Pelopor bentukan Jepang.
Saat upacara proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Suhud turut bertugas sebagai pengibar bendera.
Pada 14 Agustus 1945, Suhud dipercaya menjaga keluarga Soekarno dari berbagai macam gangguan.
Dua hari kemudian, 16 Agustus 1945, Soekarno dibawa oleh Soekarni dan Chaerul Saleh ke suatu tempat yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.