Update Virus Corona Dunia

Ilmuan Temukan Versi Baru Virus Corona, Bisa Menyebar Lebih Cepat Tapi Tidak Lebih Mematikan

Editor: Rizali Posumah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pasien positif Covid-19.

Mereka lantas membandingkan urutan genom ini dengan apa yang sudah dikenali secara publik.

Pengurutan ini membantu mereka menggambar peta penyebaran kedua bentuk virus.

"Hingga 1 Maret 2020, varian G614 jarang ditemukan di luar Eropa, tetapi pada akhir Maret frekuensinya meningkat di seluruh dunia," catat mereka.

Meski begitu, ada pengecualian di beberapa lokasi, termasuk Santa Clara, California, dan Islandia, di mana bentuk lama virus corona tidak tergantikan dengan versi barunya.

Para peneliti mengungkapkan, virus versi baru itu tampaknya berkembang biak lebih cepat di saluran pernapasan bagian atas, yakni hidung, sinus, dan tenggorokan.

Itulah yang diduga menjadi penyebab mengapa virus ini menyebar lebih mudah.

Tes pada 1.000 orang pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit di Inggris menunjukkan temuan baru.

Didapati, keadaan mereka yang terinfeksi dengan virus versi baru ini tidak lebih buruk daripada mereka yang tertular virus sebelumnya.

Bette Korber, Ahli Biologi Teoritis dari Laboratorium Nasional Los Alamos menilai, penelitian itu menyoroti nilai disiplin yang ada saat ini perlu terus dilanjutkan.

Hal ini menurut dia penting untuk menghadapi serangan virus versi baru tadi. Disiplin itu bisa ditegakkan dengan tetap memakai masker dan menjaga jarak.

Menurut Erica Ollmann Saphire, mutasi virus versi baru dapat dinetralkan dengan serum pemulihan.

Serum pemulihan adalah produk darah yang diambil dari enam orang pasien di San Diego yang telah pulih dari infeksi virus corona.

"Kami ingin melihat apakah antibodi dalam darah mereka sama efektifnya dalam menetralkan virus baru dan virus lama. Dan hasilnya, iya. Itu melegakan," ungkap dia.

Kendati demikian, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk menguatkan temuan ini, serta melihat apa arti perubahan ini terhadap epidemi dan pasien.

"Ada konsekuensi potensial untuk vaksin. Kami secara aktif menyelidiki konsekuensi yang mungkin terjadi," kata David Montefiore dari Duke University.

Halaman
123

Berita Terkini