TRIBUNMANADO.CO.ID - Kabarnya dari pihak Iran menyatakan akan mengeksekusi seorang mata-mata.
Terkait hal tersebut Iran menyatakan, mereka akan mengeksekusi seorang pria yang menjadi mata-mata bagi AS dan Israel untuk membunuh Jenderal Qasem Soleimani.
Diketahui Mahmoud Mousavi Majd diputus bersalah menjadi agen rahasia untuk memata-matai militer mereka, terutama Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi.
• Erick Thohir Menerbitkan Aturan Pembagian Tugas Wamen I dan Wamen II
• Wali Kota Jakarta Timur Ancam Laporkan Anies Baswedan, Geram Karena Pasar Tak Ditutup
• 9.500 Pasukan Amerika Serikat Ditarik, Pihak Jerman Tak Terima Dengan Keputusan Donald Trump
Menurut juru bicara departemen kehakiman Gholamhossein Esmaili, Majd dianggap memantau keberadaan dan pergerakan Jenderal Qasem Soleimani.
"Dia memantau demi sejumlah uang untuk Mossad Israel dan Badan Intelijen Pusat AS (CIA)," kata Esmaili dalam konferensi pers di televisi.
Dilansir AFP Selasa (9/6/2020), hukuman mati untuk Majd sudah diperkuat Mahkamah Agung Iran, di mana si mata-mata akan "dieksekusi secepatnya".
Qasem Soleimani, yang merupakan komandan Pasukan Quds, dibunuh AS pada 3 Januari ketika mobil yang ditumpanginya dihantam drone di Baghdad, Irak.
Kematian sang jenderal menimbulkan kemarahan Teheran, di mana mereka melancarkan serangan balasan yang menyasar dua pangkalan AS di Irak.
Pada Februari, Teheran juga memberikan hukuman mati bagi Amir Rahimpiour, yang dituduh menjual informasi program nuklir mereka ke AS.
Kemudian pada Desember 2019, mereka mengumumkan sudah menahan delapan orang yang dianggap berhubungan dengan intelijen AS.
Kedelapan orang itu dituding bertanggung jawab dalam unjuk rasa di jalan yang pecah November 2019, dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar.
Kemudian pada Juli 2019, Iran mengklaim sudah mengungkap lingkaran mata-mata di CIA, dengan menahan 17 orang antara Maret 2018 dan Maret 2019.
Beberap di antara mereka dihukum mati. Namun, Presiden AS Donald Trump kemudian menanggapi dengan menyebut klaim Teheran "sangat salah".
Iran Siap Berperang Dengan Israel
Sebuah laporan pada akhir pekan menunjukkan, Iran diprediksi tengah mempersiapkan diri untuk berperang melawan Israel di Suriah dan tidak akan lagi diam saat menerima serangan udara Israel.
Mengutip Jerusalem Post, wartawan veteran Elijah Magnier menulis di situs web Medium tentang apakah "perang besar Timur Tengah akan dimulai di Levant" dan mengutip Suriah sebagai titik api potensial.
Laporan Magnier menarik karena ia menegaskan bahwa menurut sumber "pribadi", Iran sedang mengevakuasi tempat pertemuan para penasihatnya, bukan untuk penarikan atau pemindahan, tetapi untuk menemukan pangkalan di barak-barak Tentara Suriah.
Hizbullah telah mengambil alih gedung-gedung Iran yang kosong.
Rusia telah diberitahu tentang perubahan tersebut sehingga informasi tersebut akan mencapai Israel.
Masih mengutip Jerusalem Post, pada pertengahan Mei, muncul laporan bahwa Iran mungkin menarik sebagian pasukannya dari Suriah, diperkirakan sekitar 1.000 personel IRGC.
Tetapi analis dan pejabat AS menolak penilaian ini pada saat itu.
Pada 6 Juni, Magnier memberikan pandangan lain tentang apa yang mungkin terjadi: "Iran tidak lagi ingin menerima serangan Israel di gudang-gudang tanpa ada tanggapan."
Radio Farda melaporkan pada akhir pekan, serangan udara menewaskan sembilan pasukan yang didukung Iran di Suriah.
Laporan ini juga mengatakan ada ledakan di dekat Masyaf, rezim-Suriah dan fasilitas Iran yang telah dilanda serangan udara di masa lalu.
Serangan udara itu mungkin telah terjadi pada 4 Juni.
Serangan udara lain, yang juga disalahkan kepada Israel, dilaporkan terjadi pada 7 Juni di pagi hari.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sekitar delapan hulu ledak yang ditembakkan oleh "drone tak dikenal" menghantam daerah dekat Deir Ezzor.
Sasarannya adalah milisi Syiah Afghanistan dan Irak di "pangkalan Meizileh".
Jerusalem Post memberitakan, Iran telah memindahkan para penasihatnya, yang disebut-sebut jumlahnya mencapai ratusan orang, ke pangkalan-pangkalan rezim Suriah.
Langkah ini akan melindungi mereka seolah-olah karena serangan udara akan cenderung memukul mereka di sana.
"Jika ada serangan udara, maka rezim Suriah akan merespons, dan ini kemungkinan besar akan menyeret AS ke pertempuran untuk mendukung sekutunya Israel dan berdampak pada pemilihan yang akan datang," tulis Magnier.
Rusia memainkan peran penting karena berkoordinasi dengan Israel. Berdasarkan artikel Magnier, "Telah disepakati antara Israel dan Rusia bahwa Moskow dan (pangkalan udara Rusia di) Khmeimim akan diberitahu tentang rincian setiap serangan."
Dalam hal ini, Rusia memainkan peran sebagai perantara, bukan bagian dari "poros perlawanan" Iran.
• Erick Thohir Menerbitkan Aturan Pembagian Tugas Wamen I dan Wamen II
• Wali Kota Jakarta Timur Ancam Laporkan Anies Baswedan, Geram Karena Pasar Tak Ditutup
• 9.500 Pasukan Amerika Serikat Ditarik, Pihak Jerman Tak Terima Dengan Keputusan Donald Trump
Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul " Iran Akan Eksekusi Mata-mata yang Bantu AS Bunuh Jenderal Qasem Soleimani " dan di kontan.co.id dengan judul " Iran siap berperang melawan Israel di Suriah melalui Hizbullah, AS bisa ikut terseret "